Setelah gosip beredar di seluruh sekolah, bahkan sudah memasuki hari ketiga, gosip mengenai dikeluarkannya Veranda dan Kinal masih terasa hangat ditelinga para murid murid sekolah ini.
Selayaknya orang yang baru saja mendengar gosip tersebut, kelas IPS 2 nampak sangat ramai membicarakan dua guru favorite mereka.
Beberapa dari mereka ada yang masih tidak menyangka, juga ada yang sudah menerimanya dengan lapang dada.
"Gue penasaran deh, kenapa mereka baru dikeluarin sekarang padahal hubungan mereka itu udah umum banget di sekolah ini," Michelle yang sejak tadi menatap teman-temannya mulai membuka suara. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding sambil memeluk lutut.
"Simple sih.." Aya yang ikut berkumpul pun ikut menimbrungi ucapan Michelle. "Mereka jalanin semuanya diem diem,"
Michelle mengerutkan keningnya bingung. "Diem diem gimana? Jelas jelas kita semua satu sekolah tau hubungan mereka. Apa yang disebut diem diem coba?"
"Harusnya sih Yayasan ngelakuin hal ini dari sebelum gosip gosip itu nyebar ya. Berarti, ada kemungkinan kalau Bu Veranda sama Bu Kinal ngejalanin hubungan mereka tanpa sepengetahuan Yayasan." Aya menghembuskan napas kasar saat Ia merasa tak habis pikir dengan semua kejadian ini.
"Sayang banget gak sih? Padahal mereka tinggal nikah aja tuh," Ucap Vivi membuat keheningan di kelas tiba tiba saja menghilang.
"Ya iyalah. Keluar dari sini juga mereka nikah. Hidup mereka kan udah merdeka banget," Sahut Eve setelah Ia berhasil menyela ucapan Vivi.
"Gila. Sok tau banget lo!"
"Yuk, kalo sampe mereka nyebar undangan, ceban ceban sama gue." Ucap Eve menantang Desy sambil mengulurkan tangannya.
"Riel, adek lo udah mulai berani taruhan nih!"
"Biarin aje. Kalo menang jangan lupa bagi dua sama gue ye, Ip."
"Eh anjir, parah banget. Adek kakak sama aja,"
"Tapi guys.." Chika mulai membuka suaranya membuat keributan keributan kecil itu pun terhenti. Tatap mata mereka menatap kepada gadis si pemilik gummy smile termanis di IPS 2. "Gue mau serius nih,"
"Ya ayok lah, Chik. Gass." Sahut Vivi.
"Ih, bukan serius itu ya bang!" Kesal Chika sambil menoyor kepala belakang Vivi.
"Mungkin ini ajang balas dendam gak sih?" Tanya Chika terdengar begitu polos.
"Hah?" Mereka semua membuka mulutnya tak percaya dengan apa yang diucapkan Chika. Hingga sejurus kemudian, tawa seisi kelas pun pecah begitu saja. Membuat Chika mendengus sebal.
"Ish! Gue serius tau."
"Apaan si Chik? Balas dendam apaan coba? Ini mah ajang saling menjatuhkan, bukan balas dendam," Titah Ariel yang masih puas menertawakan asumsi Chika.
"Iya betul banget. Liat aja, inceran incerannya juga guru sama murid yang berpotensi di sekolah kan? Ini sih namanya menjatuhkan." Ucap Eve.
"Ah tau ah!" Kesal Chika.
"Loh kok ngamok?" Tanya Vivi yang duduk disebelahnya.
"Berisik lo bang!"
"Tuhkan, lo sih padaan. Gue kan yang kena," Sahut Vivi ikut kesal.
Teman temannya hanya memutar bola matanya malas melihat keuwuan di kelas ini. Aurel sejak tadi hanya diam mendengarkan ocehan ocehan teman temannya. Ia sendiri bahkan sedang memikirkan hal yang sama dengan teman sekelasnya.
Begitu pula dengan Nadse, Anin, Gracia dan juga Shani. Mereka sejak tadi hanya diam dan duduk dibangku masing-masing. Tidak ada sepatah katapun yang keluar.
