Betapa Parahnya

1K 122 48
                                    

Hah..

Shani menghembuskan napasnya perlahan, kepalanya menunduk menatap kedua kakinya yang ia ayunkan dibawah sana, duduk sendiri di bangku taman yang sepi. Pikirannya menerawang tak tentu arah, banyak hal yang mengganjal dipikiran dan hatinya namun ia hanya bisa memendamnya sendiri.

Hari esok ia masih harus menjalani Ujian Nasional, namun dirinya malah asik melamun. Sebenarnya tadi Gracia mengajaknya untuk belajar bersama dirumah gadis pecinta ungu tersebut namun saat mendengar bahwa Nadse tak bisa ikut membuat Shani pun enggan hadir disana, karena otomatis dirinya harus terjebak bersama dengan Anin dan Gracia saja.

Melelahkan hati saja, pikirnya.

"Ah aku kenapa sih?" Ucap Shani gusar, menutup mukanya dengan kedua tangan.

Anin dan Gracia?

Hah, pasti sekarang mereka sedang berduaan. Shani kesal menyadari bahwa semakin hari dirinya semakin tak tahan melihat interaksi antara Anin dan Gracia yang entah mengapa membuat hatinya tak tenang.

Cemburu? Tentu saja, Shani tak akan menyangkal hal tersebut. Tapi Shani harus apa, bagaimanapun ia sadar bahwa dirinya hanya orang baru di hidup Gracia, Anin pun juga merupakan sahabatnya. Dirinya, Anin dan Gracia ditambah dengan Nadse, adalah sahabat. Dengan fakta tersebut tentu saja membuat Shani akan selalu melihat interaksi kedua sahabatnya yang membuat sesak.

Selain itu...

Viny...

Guru seni favoritnya di sekolah, Shani menggigit bibir bawahnya ketika nama tersebut kadang suka muncul tiba-tiba dipikirannya.

"Ih random banget sih tiba-tiba kepikiran kak Viny..." Ucapnya pelan dengan bibir mengerut, tak lama berganti senyum tipis kala terbayang senyum manis guru seni tersebut.

Shani jadi mengingat tentang pertemuan terakhirnya bersama Viny waktu itu, memintanya untuk menjauhi Beby.

"Huft... Aku gak mungkin bisa jauhin Beby terus, nanti kalo dia mikir macem macem soal aku gimana?" Gumamnya bertanya pada diri sendiri.

Tiba-tiba saja ada sepasang kaki yang berdiri tepat dihadapannya, membuat Shani perlahan mendongakkan kepalanya.

"Beby?!" Ucap Shani terkejut, refleks ia pun berdiri dan kini keduanya pun saling berhadapan.

Kenapa Beby bisa ada disini?

Beby menatap Shani datar, "Shan, kita perlu bicara..." ucapnya.

"Duh Beb, gue belum belajar nih buat besok. Gue balik deh..." balas Shani gugup, namun baru beberapa langkah berjalan, kakinya terpaku mendengar teriakan Beby dibelakangnya.

"Gue kecewa ama lo Shan!!!"

"Kenapa lo ngehindar terus dari gue akhir akhir ini hah?! Kenapa?!"

"Gue pikir selama ini gue udah percaya sama orang yang tepat, tapi ternyata apa? Lo khianatin gue..."

Shani berbalik, menatap Beby bingung. Sepertinya telah terjadi sesuatu yang tak ia ketahui.

"Beb, gue gak—"

"APA?! GAK APA?!"

Beby memotong ucapan Shani, tatapan matanya yang tajam membuat napas Shani tercekat.

"Lo fotoin gue ama Shania trus lo kirim ke gue dan lo neror gue, itu elo kan?! Makanya lo ngehindar terus dari gue"

"Enggak Beb, gue gak..."

"HALAH BULLSHIT!!!"

Beby melangkah mendekati Shani, menatap mata Shani yang mulai berkaca-kaca.

ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang