53

74K 7.2K 472
                                    

Happy weekend❤
Happy reading💕

Entah kenapa pagi ini Aqilla merasa aneh dengan tatapan semua orang. Tatapan mereka terlihat sinis dan terkesan merendahkan dirinya. Entah apa yang terjadi dengan mereka. Padalah baru kemarin dirinya diagung agungkan, sekarang malah pandangan sinis yang didapatkannya.

Aqilla yang memang pada dasarnya tak pernah perduli dengan pemikiran orang disekitarnya pun mengabaikan semuanya. Dirinya sudah terbiasa dipandang seperti itu. Sudah makanan sehari hari.

"Bener mau mandi? Tadi malem badan kamu mengigil lho Qill... ijin aja dulu ya hari ini. Kamu istirahat aja." Pinta Khairin khawatir dengan kondisi sahabatnya itu.

Semalam Aqilla memang mengigil dalam tidurnya dan sekarang gadis itu kekeh ingin mandi pagi buta begini. Memang setiap harinya mereka mandi jam segini, tapi dengan kondisi Aqilla yang seperti ini membuat sahabatnya yang lain merasa khawatir.

Saat ini mereka tengah mengantri untuk mandi dengan antrian yang sudah panjang, walaupun adzan subuh belum berkumandang.

Kali ini mereka hanya bertiga, karena si kembar M, Maya dan Mita sudah kelayapan entah kemana pagi pagi begini. Ketiganya berbaris rapi didepan kamar mandi dengan tangan menenteng peralatan mandi dan baju ganti masing masing. Inilah rutinitas yang selalu Aqilla dan santri lainnya lakukan selama berada dipondok. Dinginnya air pagi tidak membuat kamar mandi ini kosong disetiap paginya.

Aqilla tersenyum manis melihat ketulusan sahabatnya yang tengah menghkawatirkannya itu.

"Nggak papa Rin, badan aku lengket semua ini. Lagian udah enakan kok badannya." Aqilla mencoba memberi pengertian kepada sahabatnya itu. Memang badannya sudah sedikit mendingan dibandingkan semalam. Hanya tinggal luka di bibirnya saja, yang masih sedikit perih kalau dibuat berbicara.

Fahza menggeleng keras, tak percaya dengan ucapan kakak iparnya ini. "Nggak, wajah kamu keliatan pucet Qill. Ke ndalem aja ya, biar Umi telponin bang Fahmi. Kamu istirahat disana aja." Ujar Fahza pelan supaya tidak didengar santri lainnya.

Mendengar nama suaminya disebut, Aqilla menggeleng panik. Jangan sampai Pak Ustadzanya itu tahu keadaannya sekarang. Dirinya tak ingin Fahmi mengabaikan tugasnya demi dirinya. Toh sakitnya juga nggak parah banget, cuma demam biasa.

Oh iya, buat yang masih bingung ndalem itu tempat apa. Ndalem itu adalah rumah milik kyai di pesantren.

"Nggak Za. Jangan bilang Pak Ustadz, dia lagi sibuk disana. Kasian kalau harus balik kesini lagi, kemarin kan baru berangkat." Jelas Aqilla memberikan pengertian dengan wajah memelas supaya adik iparnya itu luluh.

"Tap--."

"Anyeong ya ahli kubur!!" Pekik Maya dari kejauhan membuat seluruh santri yang tengah mengantri mendumel kesal. Teriakan Maya tak baik bagi kesehatan telinga mereka.

Terlihat Maya yang melambaikan tangannya manja kepada santri disekitarnya. Jangan lupakan senyum tengil khas Maya yang tersunging dibibir tipis itu. Sedangkan Mita, hanya menyaksikan tingkah gila Maya dari belakangnya dengan memasang wajah polos andalannya.

Kedua sejoli itu sudah terlihat rapi, karena memang mereka berdua mandi duluan tadi. Tadi Maya langsung menyeret Mita yang baru bangun tidur untuk mandi bersamanya. Entah apa yang merasuki Maya hingga jam segini sudah rapi, biasanya paling terakhir kalau urusan mandi. Mepet jam masuk madrasah biasanya baru mandi, subuh palingan cuma gosok gigi sama cuci muka doang.

"Ahli kubur pantat lo panuan!!" Sentak Aqilla tajam. Tangannya mengelus dadanya yang berdetak kencang karena kaget.

Moodnya masih buruk hari ini.

MY PERFECT USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang