42

75.1K 8K 664
                                    

Halo semua👋
Happy Reading💕

Berbaring menatap langit langit kamar. Itulah yang Aqilla lakukan sekarang. Sudah lewat tengah malam dan dirinya masih belum bisa tidur.

Bayangan Fahmi merangkul seorang wanita bercadar tadi masih membekas diotaknya. Walaupun para sahabat sudah memberi dukungan dan nasihat padanya, tapi tetap tidak membuat hatinya tenang.

Siapa wanita bercadar tadi? Mengapa Fahmi terlihat begitu perhatian padanya? Bahkan Fahza pun tak mengenal siapa wanita itu. Apa mungkin Fahmi berselingkuh? Fahmi menduakan dirinya? Atau malah dirinya yang jadi kedua?

Sungguh otak Aqilla saat ini dipenuhi dengan hal hal negatif tentang Fahmi dan wanita itu.

"Hufftt..." Sedari tadi hanya inilah yang dapat Aqilla lakukan. Menghela nafas lelah, atas semua pemikiran buruk yang bersarang diotaknya.

Ingin rasanya marah. Tapi pada siapa? Dirinya bahkan tak tau. Pak Ustadznya memiliki hubungan apa dengan wanita bercadar itu. Dan bahkan dirinya mulai berfikir kalau keduanya memang serasi. Berbeda jika dengan dirinya, akan sangat jomplang.

"Bunda..." Lirih Aqilla memiringkan badannya memeluk gulingnya seerat mungkin. Menahan gelojak ingin menangis sekuatnya.

Setetes air mata mengalir dari mata indahnya. Sekuat tenaga dirinya menahan isakan yang kian muncul, takut membuat teman temannya terganggu.

Perlahan isakan demi isakan keluar dari mulut bergetar itu. Pertahanannya runtuh. Perasaanya sekarang campur aduk, antara kangen, marah, dan rasa sakit dihatinya semuanya berpadu menajadi satu.

"Kangen Bun... Qilla pengen ketemu Bunda hiks hiks." Gumamnya dengan isakan yang menyayat hati

Bayangan sang Bunda yang selalu menceramahinya mulai bermunculan. Senyum lembut itu yang sangat dirindukannya.

"Kapan hisk... kapan Bunda pulang? Betah banget disana tanpa Qilla! Bunda udah hiks lupain Qilla? Iya?." Ucap Aqilla mengomel sambil terisak

Fahza menahan dirinya untuk tidak menganggu Aqilla untuk saat ini. Saat ini Aqilla membutuhkan waktu untuk sendiri. Isak tangis Aqilla membuatnya terbangun dari tidurnya.

Fahza tau persis apa yang membuat Aqilla menangis seperti itu. Aqilla yang selalu terlihat sangar, ternyata juga memiliki sisi yang sangat lemah. Dirinya harus segera mencari tahu siapa wanita yang bersama abangnya tadi.

Setelah beberapa menit suara isak tangis itu lenyap berganti dengkuran halus dari atasnya. Fahza tersenyum tipis, akhirnya Aqilla dapat beristirahat. Dirinya sangat tahu Aqilla pasti kecapean setelah seharian berlatih.

"Bang... abang udah buat sahabatku menangis. Abang harus menjelaskan semuanya besok." Gumam Fahza setelahnya ikut menyusul Aqilla memasuki mimpinya.

.

"Qill bangun udah subuh nanti kita bisa telat... ayo bangun." Panggil Fahza mencoba membangunkan Aqilla yang masih meringkuk diranjangnya.

Masjid sudah mengeluarkan suara murotal Qur'an, sebentar lagi akan tiba waktu adzan subuh. Dan sekarang Aqilla masih bergelung dengan selimutnya.

"Qill... ayo semua sudah siap lho. Nanti antrian kamar mandinya keburu penuh." Ucap Fahza masih tidak ada sahutan dari Aqilla.

"Aneh... biasanya langsung bangun dia." Ucap Mita yang sudah rapih dengan mukenanya

"Coba kamu liat keatas, Za." Usul Khairin

Dengan pelan Fahza menaiki ranjang Aqilla yang berada diatas ranjangnya. Terlihat Aqilla yang meringkuk dengan selimut yang membungkus seluruh tubuhnya.

MY PERFECT USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang