31

83.7K 8.4K 1.1K
                                    

Setelah berkeliling akhirnya Fahmi dapat menemukan Aqilla. Kini istrinya itu tengah duduk memeluk kedua lututnya dibawah pohon taman dengan bahu yang bergetar. Tadi setelah Fahza melapor Fahmi dengan segera mencari keberadaan istrinya itu.

"Kenapa?." Tanya Fahmi begitu tiba didepan Aqilla

Aqilla segera mendongakan wajahnya guna melihat pemilik suara yang sangat dikenalnya ini.

"Pak Ustadz hiks..." Lirih Aqilla tambah terisak dengan air mata yang terus mengalir

Mendengar nada bicara Aqilla yang terkesan mengadu padanya, membuat Fahmi terkekeh kecil. Wajah Aqilla yang biasanya terlihat sangar dan cuek kini sangat imut dengan pipi dan hidung yang memerah walaupun sedang menangis. Fahmi berjongkok didepan Aqilla yang terus menatapnya, dan mengusap air mata Aqilla dengan lembut.

"Udah ya.. jangan nangis." Ucap Fahmi sambil membantu Aqilla berdiri dan duduk dikursi taman

"Tap--tapi mereka hiks... jahat banget sama aku huhuhu..." Adunya menangis tersedu sedu

Kini Fahmi dapat merasakan apa yang dibilang mertuanya itu memang benar adanya, istrinya ini tomboy tapi manja.

"Udah nggak perlu diambil hati ucapan mereka... oke? yang perlu kamu lakukan sekarang hanyalah ikhlas. Dengan ikhlas, hati kamu insya Allah akan tenang dan lupakan perkataan mereka yang kurang mengenakkan itu." Ucap Fahmi sambil menarik Aqilla dalam pelukannya

Seketika aroma maskulin khas seorang Fahmi menyeruak diindra penciuman Aqilla. Aroma yang sangat membuat Aqilla nyaman berlama-lama berada didekatnya.

Aqilla sedikit tersentak dengan perlakuan Fahmi. Tapi setelahnya Aqilla melingkarkan tangannya di pinggang Fahmi. Membalas pelukan Fahmi dengan erat dan menyembunyikan wajahnya didada bidang Pak Ustadznya yang sangat nyaman ini. Entah sudah yang keberapa kalinya pelukan Fahmi selalu membuatnya nyaman.

Setelah dirasa Aqilla sedikit tenang Fahmi kembali bersuara sambil mengusap punggung Aqilla pelan.

"Qill... kamu harus bersabar menghadapi ini semua. Ini rintangan dari Allah SWT buat menguji hijrah kamu ini. Jangan nangis lagi. Kamu harus kuat, kamu harus bisa membuktikan bahwa kamu mampu berubah. Buktikan bahwa kata hijrahmu ini tidak main-main. Saya yakin kamu bisa. Berubah demi Allah Qill... demi orang tua kamu, dan orang orang yang sayang sama kamu... dan juga demi saya." Nasihat Fahmi mencium pucuk kepala Aqilla sakilas

Entah kenapa kalimat terakhir Fahmi membuat pipi Aqilla memanas dan jantung yang beroperasi dua kali lipat dari sebelumnya.

"I-iya hiks..." Jawab Aqilla dengan tersendat-sendat karena menangis dan gugup

Fahmi menarik pundak Aqilla, melepaskan pelukannya. Kini jarak keduanya sangat dekat. Ditatapnya sejenak wajah istrinya yang menunduk itu dengan senyum tipis. Kedua tangan Fahmi terangkat memegang kedua pipi Aqilla mengusap pelan sisa air matanya membuat Aqilla menatapnya lekat.

"Udah ya jangan nangis lagi... Mana Aqilla yang kuat dan masa bodo dengan olokan orang lain? Kok sekarang jadi cengeng gini sih? Mana istri tomboy saya?." Tanya Fahmi sambil terkekeh kecil melihat Aqilla yang membuang muka dengan mulut yang mengerucut lucu

"Lucu banget sih? Jangan nangis lagi ya... Kamu nggak kasihan sama Fahza dan sahabat kamu lainnya? Mereka khawatir banget sama kamu. Tadi aja Fahza ke ndalem sambil nangis-nangis suruh saya cari kamu." Ucap Fahmi lagi sambil mengusap lembut pipi Aqilla

Aqilla langsung menatap Fahmi dengan wajah bersalah dan mengangguk pelan. Aqilla meneliti wajah tampan suaminya dari jarak yang sedekat ini. Wajah yang selalu menampilkan senyuman manis itu membuatnya segera mengalihkan pandangannya, tak mampu berlama lama menatap mata teduhnya.

MY PERFECT USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang