MY PERFECT USTADZ

66

"AQILLAA!!" Teriakan dari jauh itu membuat Aqilla tersenyum geli dibalik cadarnya.

Mengabaikan tatapan bingung semua orang kearahnya, Aqilla memutar tubuhnya dengan seanggun mungkin. Dengan matanya yang menyipit, wanita itu menyapa Mita yang tanpak menghentikan langkahnya saat menyadari apa yang baru saja dilakukannya adalah sebuah kesalahan.

Bagaimanapun semua orang hanya tahu bahwa wanita bercadar yang saat ini berada didepannya adalah istri dari Gus Fahmi, bukan Aqilla sahabatnya. Bukankah dirinya sudah berjanji untuk ikut menyembunyikan rahasia sahabatnya itu, lalu apa yang dilakukannya sekarang.

"Hai." Balas Aqilla santai. Wanita itu berjalan mendekat kearah Mita yang mematung ditempatnya. Terlihat para sahabatnya yang lain juga berjalan dibelakang Mita, mendekat kearahnya dengan pandangan bahagia bercampur khawatir. Walau bagaimanapun mereka mengetahui apa dampak yang akan timbul nantinya dari panggilan Mita tadi.

Dan benar saja, saat ini area santri putri tengah diselimuti keheningan.  Apa yang baru saja mereka lihat adalah benar? Istri Gus Fahmi adalah Aqilla? Aqilla adalah istri yang selama ini disembunyikan Fahmi? Bukan, Aqilla berada disekitar mereka dengan menyembunyikan statusnya.

Dan satu kenyataan mulai mematahkan persepsi mereka. Mereka sempat mengira bahwa Aqilla memiliki hubungan dengan Fahri ataupun Raka, dilihat dari seberapa kerasnya lelaki itu melindunginya saat dilangsungkan nya hukuman kemarin. Tapi kenyataannya Aqilla memiliki hubungan yang sakral dengan Fahmi, jauh sebelum kejadian ini terjadi.

"Mita keceplosan." Gumam Mita dengan mata membulat. Menatap Aqilla dengan pandangan bersalah dan memelas.

Gadis itu menepuk bibirnya yang lemes ini berulang kali. Matanya turut melirik sekitarnya yang tampak hening. Saat ini seluruh pasang mata kompak menatap kearah mereka dengan ekspresi terkejut yang sangat ketara. Bahkan baik santri maupun ustadzah yang tengah berseliweran menghentikan kegiatan mereka dan fokus kearahnya membuat perutnya mulas secara tiba tiba. Detak jantung yang  menggila membuatnya meringis ngilu.

"Maaf." Lanjutnya menatap Aqilla dengan mata yang mulai berkaca kaca. Sungguh dirinya telah melakukan kesalahan yang teramat besar.

Melihat itu Aqilla terkekeh pelan, tingkah sahabatnya ini begitu polos dan menggemaskan. Mendekat, Aqilla menarik Mita dengan penuh kasih sayang kedalam pelukannya. "Please jangan mulai!" Decaknya pura pura sebal sambil mengeratkan pelukannya. Walaupun baru berpisah beberapa hari dirinya sudah merindukan tingkah polos sahabatnya ini.

Mendapat pelukan hangat itu justru membuat tangis Mita pecah. Sekuat tenaga gadis itu menahan isakan yang mulai muncul. Dirinya sangat merasa takut atas apa yang akan terjadi kepada sahabatnya itu setelah ini. Karena kesalahannya hidup sahabatnya ini akan hancur.

"Mi-mita hiks hiks maaf Qill... Mita keceplosan." Tangis Mita teredam dipelukan Aqilla. Gadis itu mengeratkan pelukannya pada leher Aqilla dan menyembunyikan wajahnya disana.

Sedangkan dibelakangnya, Maya mencibir gadis itu dengan suara yang tidak terlalu besar tapi bisa membuat semua orang mendengarnya. Apalagi keadaan madrasah yang tengah hening seperti ini.

"Nangis teross! Makanya punya mulut jangan sukur ngablak aja! Lemes banget lagian!!" Ketus Maya dari belakang tentu langsung mendapat cubitan maut dari Fahza.

Gadis itu sudah memberikan pelototan tajam miliknya yang dibalas putaran bola mata malas dari Maya. Gadis gila itu malah menatap nyalang kearah segerombol adek kelas yang terlihat menahan tawa sambil mengelus lengannya yang terasa panas. Cubitan Fahza emang nggak main main. "Apa lo?!" Tantangnya tanpa suara yang dibalas gelengan pelan dari mereka.

"Udah ih cengeng banget." Balas Aqilla sambil menepuk punggung bergetar Mita beberapa kali sebelum melepaskan pelukannya.

"Kaya gembel lo!" Celetuk Maya lagi saat melihat wajah Mita yang memerah dan basah oleh air mata.