56

79.1K 8.3K 2K
                                    

Happy reading💕

Gadis dengan balutan busana hitam itu tengah berdiri bersandar dipintu penghubung balkon kamarnya. Tak ada air mata yang mengalir di wajah gadis itu selama proses pemakaman siang. Hanya tatapan datar yang menghiasi wajahnya yang tampak pucat.

Siapa yang tahu, dibalik tatapan datar itu terdapat luka yang menganga begitu lebar. Rasa sakit akan kehilangan begitu terasa menyesakkannya.

Semua bagaikan mimpi buruk yang tak ingin dilihatnya sampai kapanpun. Melihat sosok Bunda untuk yang terakhir kalinya. Melihat tubuh wanita terhebatnya yang telah terbujur kaku dengan balutan kain putih itu, dimasukkan ke liang lahat oleh ayah serta suaminya membuat dirinya terpaku atas kenyataan ini.

Suara adzan yang terakhir kalinya ayah ucapkan untuk sang Bunda, membuatnya menutup matanya rapat menahan segala rasa sakit yang mengalir disetiap inci tubuhnya.

Tanpa adanya ucapan perpisahan atau pelukan hangat untuk yang terakhir kalinya Bundanya itu pergi meninggalkannya. Semua terjadi begitu saja. Kejadian ini tak pernah terbayangkan sedikitpun dibenaknya.

Kepergian Bunda turut serta membawa pergi kehidupannya. Semua terasa hampa. Wanita terkasihnya telah pergi meninggalkan dirinya serta Ayahnya sendiri.

Bayang bayang momen kebersamaannya bersama sang Bunda terus bermunculan. Bahkan dirinya masih bisa merasakan kehadiran Bunda disekitarnya.

Ingin sekali rasanya dirinya bangun dari mimpi yang mengerikan ini. Mimpi dimana harus kehilangan orang yang sangat berarti bagi hidupnya. Sosok yang mengantarkannya kedunia ini dengah bertaruh antara hidup dan matinya. Sosok malaikat tak bersayap yang pertama kali dilihatnya ketika lahir didunia. Namanya yang pertama disebut ketika baru bisa berbicara.

Kepergian Bunda terlalu mendadak tanpa isyarat apapun. Belum lagi tak seorangpun menjelaskan kepadanya apa yang terjadi kepada Bundanya  sebelum kepergian Bundanya yang begitu menyakitinya ini.

Aqilla memejamkan matanya, menikmati semilir angin malam menerpa tubuhnya. Seolah sang Bunda telah memberikan pelukannya lewat hembusan angin.

"Ngapain?"

Suara berat yang khas dari arah belakangnya tak membuat Aqilla bergeming. Dirinya tetap pada tempatnya tanpa bergerak atau bahkan menoleh sedikitpun. Mengabaikan orang itu yang tengah menatap sendu kearahnya.

Aqilla sudah tahu betul suara siapa itu. Kalau tidak dalam kondisi seperti ini, sudah pasti akan habis orang itu ditangannya. Kenapa disaat dirinya terpuruk seperti ini dia baru datang. Tapi gadis itu hanya ingin sendiri sekarang.

Orang itu menghela nafasnya pelan saat tak ada respon sedikitpun yang Aqilla keluarkan. Dirinya ikut merasakan apa yang Aqilla rasakan sekarang. Kehilangan sosok Bunda dikehidupannya memang begitu menyakitkan baginya.

Wajah yang tadinya menatap punggung Aqilla sendu, kini telah berubah menjadi wajah tengil yang selalu orang itu lakukan kepada gadis murung dihadapannya ini. Senyumnya menyunging lebar menutupi kesedihan yang juga dirasakannya.

"Lecek amat muka lo? Jelek banget." Ledeknya mencoba mengalihkan pikiran Aqilla sekarang.

Lelaki itu ikut menyender di sisi pintu menghadap Aqilla dengan tangan bersilang didada. Matanya menatap ceria Aqilla yang tetap pada posisinya tanpa meliriknya sedikitpun. Gadis itu seolah tak menganggap kehadirannya.

"Jangan diem aja napa! Sini gelut ama gue. Nggak kangen lo ama gue?" Tanyanya lagi dengan wajah yang dibuat semelas mungkin.

Aqilla menghela nafasnya pelan, "Pergi Dim." Usirnya tanpa menatap wajah sepupunya itu sama sekali.

MY PERFECT USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang