40

88.4K 7.5K 855
                                    

"Duh kok jadi baper ya gue? Asyik deh kalau gue jadi lo Qill. Enak kali ya dijodoh jodohin, terus nikah muda gitu?." Ucap Maya berandai

Saat ini mereka sedang berjongkok berdua dipojok taman. Keduanya tengah mencabuti rumput liar di taman yang berada didepan ndalem sambil bercengkrama manjah, tanpa memperdulikan para satri putra maupun putri yang sibuk dengan alat kebersihannya masing masing.

Kali ini mereka hanya bergosip berdua, karena ketiga sahabat lainnya kebagian membersihkan area asrama.

Berhubung ini hari jumat. Semua santri sudah mendapatkan jadwal masing masing untuk melaksanakan kerja bakti yang rutin dilakukan tiap minggunya.

"Lo pengen dijodohin? Mau kalau harus nikah diusia yang seharusnya lo masih bisa pergi kemanapun sepuas lo? Nikah ada konsekuensinya sendiri May." Tanya Aqilla dengan alis terangkat.

"Bukan maksud gue gimana gimana. Nantinya bakal ada satu orang yang akan mengikat lo dalam suatu hubungan yang nggak main main May. Dan gue tau lo gimana. Jadi serius pengen nikah muda?." Lanjut Aqilla memperhatikan Maya dengan serius

Ucapan adalah doa. Dan jodoh pun tidak ada yang tau kapan datangnya selain sang pencipta. Siapa tau takdir Maya bisa saja seperinya.

Aqilla sangat tahu bagaimana sikap sahabatnya ini. Maya memiliki sikap yang sama dengan dirinya. Maya sangat tidak menyukai yang namanya mengekang atau membatasi ruang lingkup geraknya. Dan yang namanya orang sudah menikah, pasti memiliki batasannya tersendiri walaupun tidak diungkapkan secara gamblang, dan memiliki tanggung jawab yang cukup besar.

Selama ini keduanya termasuk famous di sekolahnya dulu, dan banyak sekali yang mengincar keduanya untuk menjadikan kekasih. Tapi mereka tak pernah menanggapi dengan serius.

Aqilla yang memang terlahir dengan tomboy, sangat akan murka bila ada seseorang yang mencoba mendekatinya. Begitupun Maya, dirinya dulu terkenal suka melihat orang tampan dan tak jarang mengodanya. Tapi dirinya tidak akan pernah mau dengan yang namanya pacaran. Terikat dalam hubungan bukanlah jiwa seorang Maya.

Sedangkan dulu Aqilla menerima perjodohan ini hanya atas keinginan sang Bunda tidak lebih. Dan sekarang lihat, Allah maha membolak balikan hati umatnya. Kuasa-Nya nyata adanya. Semua terasa mudah bagi-Nya.

Aqilla yang dulu membenci suaminya, kini justru sangat menikmati perannya sebagai seorang istri dari Muhammad Fahmi Al-Farizi. Suami yang membuatnya merasa nyaman dan damai didekatnya. Dirinya sangat bersyukur bisa menjadi pendamping dari orang yang sangat dimimpi mimpikan oleh santri dan Ustadzah dipondok ini.

Walaupun dulu awal menikah dirinya sangat menginginkan perceraian mereka. Kalau sampai itu benar terjadi dirinya akan sangat menyesal telah menjadi janda dari seorang Fahmi Al-farizi.

"Gue nggak nyangka lo bisa ngomong bijak gini." Ucap Maya menatap Aqilla takjub

"May, jodoh nggak ada yang tau. Lo tau sendiri bagaimana bisa gue jadi istrinya Pak Ustadz sekarang? Semua nggak ada yang mungkin bagi Allah. Siapa tau tanpa lo sadari ada satu orang yang selalu meminta lo pada sang pencipta dalam doanya kan?." Jelas Aqilla dengan senyum manis

"Hehe jangan dulu dong Qill... masih belum siap nih." Cengir Maya

"Lagian nih ya. Beruntung kalau yang dijodohin ke lo itu masih masuk kreteria kek pak Ustadz. Lha kalo sebaliknya? Modar dah lo." Ejek Aqilla membuat Maya bergidik ngeri

"Amit amit dah. Cantik semlohay cetar baday gini kawin ama aki aki? Ihh." Ucap Maya sambil menepuk jidat dan tanah secara bergantian

"Ye oon banget sih lo. Ya kotor dong tuh jidat." Ucap Aqilla sambil membersihkan jidat Maya dengan ujung jilbabnya

MY PERFECT USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang