64

75.8K 9.9K 3.7K
                                    

Terhitung sudah tiga hari Aqilla berada dirumah Ayah. Selama itu juga dirinya harus berpisah dengan pak ustadznya yang tengah berada di Bandung. Suaminya itu tengah disibukan oleh peresmian rumah makan dan ujian try out yang akan dilaksanakannya senin depan.

Dan ya, selama tiga hari itu niatnya untuk berhijrah benar benar diuji. Benar kata pak ustadz, hijrah tidak semudah dan sesederhana seperti perkiraannya. Sekarang dirinya bisa merasakan betapa beratnya cobaan untuk tetap istiqomah dalam berhijrah.

Semua dirasakannya. Mulai dari gerah berlebih, pengap, cara makan yang menurutnya ribet itu membuatnya harus ekstra sabar menahan emosi dan kekesalan yang sewaktu waktu melingkupi dirinya. Belum lagi orang orang yang menyebalkan dengan tatapan mencemooh mereka. Bahkan tak jarang dari mereka yang secara terang terangan membicarakan dirinya tentu membuat telinganya panas.

Tapi syukurlah, suami tampannya itu sudah memberikan wejangan yang selalu menyadarkan otaknya untuk tetap berlaku waras dengan tidak memberikan orang orang julid itu bogeman atau tendangan maut miliknya. Walaupun tak jarang beberapa  dari mereka berhasil mendapatkan kata mutiara dari mulut laknatnya ini.

"Saat kamu mendapat mencelaan atau hinaan yang membuat kamu menjadi kesal, marah dan lelah dengan perjalanan ini, hanya satu yang perlu kamu selalu ingat. Ingatlah Allah sayang, ada Allah disetiap langkah dan disetiap hembusan nafas yang kamu ambil. Ada Allah yang selalu menunggu kamu dipenghujung hijrah ini, menunggu kamu untuk menjadi kekasih yang akan mencintai dan dicintai-Nya. Jadikan itu semua sebagai pacuan, motifasi untuk merubah diri. Buktikan bahwa kamu itu memang pantas dan bisa menjadi kekasih Allah." Begitu pesan yang selalu di ingatnya. Yang selalu menjadi benteng di hatinya untuk tetap bertahan.

Sebenarnya Aqilla sendiri juga tidak terlalu mempermasalahkan cemoohan dari mereka. Dirinya sendiri sadar bahwa ini ujian dari Allah untuk menguji seberapa kuat niatnya untuk berhijrah. Toh Aqilla juga yakin, mulut mulut dakjal seperti mereka pasti akan mendapat karmanya sendiri. Entah sesuatu yang buruk atau malah menyadarkan mereka untuk bisa mengikuti langkahnya dalam berhijrah.

Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi dimasa depan. Allah maha membolak balikkan hati setiap hambanya, dan dirinya sudah membuktikan kebesaran-Nya itu. Bagaimana kebesaran Allah membuatnya seperti sekarang. Tak pernah terpikirkan sedikitpun dalam benaknya bahwa dirinya akan seberuntung ini. Allah menyayanginya, dirinya tau itu. Semua yang terjadi dalam hidupnya adalah bentuk rasa sayang Allah terhadapnya, menyadarkan dan membawanya kejalan yang lebih baik dari sebelumnya.

Aqilla yakin, dibalik cobaan yang Allah berikan pasti akan ada hikmah dibaliknya. MasyaAllah dirinya benar benar bersyukur atas semua momen yang terjadi dalam hidupnya.

"OMG!! Tuh orang bening banget anjir!" Pekik Aqilla tertahan saat matanya menatap tetangga depan rumahnya. Nah mulutnya masih belum bisa dikondisikan ya kawan, maapkeun.

Sore ini Aqilla tengah menyapu halaman depan dan tanpa sengaja mata jelalatan miliknya menangkap sosok paripurna yang sedang mencuci motor didepan rumah.

Wanita itu menatap lelaki itu penuh binar sambil sesekali tangannya bergerak menarik turun cadar hitam miliknya yang ikut naik menutupi mata saat dirinya berbicara.

Dengan langkah lebar wanita itu berjalan ke gerbang mendekati lelaki yang menarik perhatiannya itu.

"Assalamualaikum masnya!" Salam Aqilla sedikit berteriak dari depan gerbang sambil melambaikan sapu ditangannya. Matanya terlihat menyipit saat dirinya tersenyum.

Lelaki yang sepertinya sepantaran dengan dirinya itu menghentikan kegiatannya dan mendongak melihat siapa yang tengah berteriak. Menatap sekelilingnya sebentar guna memastikan bahwa Aqilla memang memanggilnya. Lelaki itu kembali menatap Aqilla dengan senyum ramah, walaupun sedikit heran kenapa Aqilla memanggilnya. "Eh? Waalaikum salam mbak."

MY PERFECT USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang