62

106K 11K 3.8K
                                    

Happy reading💕

Semua orang sudah kembali ke pesantren. Begitupun Fahmi yang pergi ke kantor menggantikan Ayah. Hanya tinggal Dimas yang masih stay menemani Aqilla dirumah. Ayah sendiri tengah mengurung dirinya dikamar masih engan berbicara dengan putrinya itu.

Ayah begitu kecewa dengan sikap putrinya itu. Ditambah keinginan Aqilla untuk tetap menyembunyikan pernikahan mereka membuat semua orang tak habis pikir dengan jalan pemikirannya. Setelah semua yang terjadi kepadanya, Aqilla masih meminta untuk menyembunyikan statusnya tentu membuat mereka geram sekaligus kesal.

Beberapa menit setelah Fahmi pergi meninggalkannya sendirian di ruang keluarga. Umi datang menghampiri dengan tangisannya. Mertuanya itu meluapkan emosi, kecemasan serta kekecewaan atas keputusan sepihak menantunya itu. Semua orang juga turut mengutarakan kekecewaan kepalanya.

Akhirnya dengan segala pengertian yang Aqilla berikan membuat mereka semua setuju. Walau bagaimanapun, ini kehidupan rumah tangga mereka. Dan Fahmi sendiri juga sudah menyetujui permintaan istrinya itu membuat mereka tak bisa bertindak lebih.

Umi memberikan syarat, apabila terjadi sesuatu lagi terhadapnya mereka tidak akan sengan untuk membongkar semuanya detik itu juga. Mau tidak mau akhirnya Aqilla menyetujui persyaratan itu, tak ingin memperkeruh keadaan lagi.

"Imas!" Panggil Aqilla menginterupsi Dimas yang tengah fokus menatap film di laptop Aqilla.

Saat ini keduanya tengah bersantai diruang keluarga sambil menonton film dan memakan cemilan. Bisa dibilang hanya Dimas yang menonton, sedangkan gadis yang semalam resmi menjadi wanita itu sibuk berkelana dengan fikirannya sendiri.

"Hmm." Jawabnya acuh. Lelaki tampan itu sedang ketagihan  drakor yang berada di laptop Aqilla. Awalnya lelaki itu menolak mentah mentah ajakan Aqilla untuk menemaninya menonton drakor, tapi sekarang malah lelaki itu yang kecanduan. Glowing katanya.

"Menurut lo, apa yang gue lakuin ini salah?" Tanya Aqilla menatap langit langit ruangan. Pikirannya benar benar kacau sekarang.

Dimas mengangkat kedua bahunya. Matanya masih fokus melihat drakor didepannya. "Yang lo rasain sekarang gimana?" Tanyanya balik tanpa memandang Aqilla.

Aqilla yang rebahan disofa melirik singkat Dimas yang duduk lesehan bersandar disofa tempatnya rebahan.

"Apanya?" Aqilla mengangkat alisnya tak paham.

Menghela nafasnya pelan, Dimas membalik tubuhnya. Matanya menatap serius Aqilla yang memandang tak mengerti.

"Gimana perasaan lo setelah melihat kekecewaan dimata semua orang? Gue yakin lo tau itu."

Aqilla tertegun. Memang benar, dirinya tidak buta untuk melihat kekecewaan dimata mereka, terutama suami dan ayahnya. Dan sekarang itu yang menjadi beban pikirannya.

"Dengerin gue. Sekarang coba posisikan diri lo sebagai ayah, suami serta mertua lo." Dimas menjeda ucapannya. "Apa lo rela liat orang yang lo sayang, disakiti sampai bener bener ngebuat orang itu ngedrop? Apa lo akan diam aja ngeliat itu semua?"

Aqilla tetap diam membuat Dimas kembali melanjutkan ucapannya.

"Coba lo fikirin, bagaimana kecewa dan sakit hatinya mereka ngeliat lo diperlakukan dengan nggak semestinya. Tempat itu, tempat yang seharusnya lo mendapatkan kehormatan dan disegani dengan status Ning yang lo sandang sekarang, tapi malah berujung penghinaan yang lo dapet didepan seluruh warga pesantren. Bukan hanya lo, tapi Fahri juga ikut kena imbasnya."

"Gue tau, lo pun juga turut bersalah dalam hal ini. Kesalahan lo terletak pada keputusan sepihak lo yang menyembunyikan pernikahan kalian. Seandainya semua orang tau yang sebenarnya, apa mereka akan memperlakukan lo seperti ini? Apa mereka berani mendekati lo seperti yang Raka lakukan? Jawabannya nggak!!"

MY PERFECT USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang