57

81.3K 8K 1K
                                    

Happy reading💕

Setelah sholat subuh Aqilla langsung turun kedapur. Gadis itu tengah bersiap memasak makanan untuk sarapan seluruh keluarga, yang beberapa masih tinggal dirumah Ayahnya setelah acara tahlilan semalam.

Mata gadis itu terlihat membengkak akibat menangis terlalu lama. Semalam tanpa sepengetahuan Fahmi, Aqilla menangis dalam diam.

Fahmi sudah menceritakan semua tentang Bunda kepadanya semalam. Bukan tanpa sebab Fahmi mau menceritakan langsung kepadanya, tapi karena paksaannya lah Fahmi baru mau jujur.

Sungguh hatinya sangat hancur begitu mengetahui penderitaan yang Bundanya alami selama ini. Aqilla sangat kecewa dengan dirinya sendiri, bagaimana mungkin dirinya tak menyadari perubahan di tubuh Bundanya selama ini dan malah menganggap Bundanya tengah menjalani program diet.

Ya Allah, dirinya sangat menyesal tak mampu mendampingi Bundanya disaat saat terakhir kehidupannya. Dirinya merasa menjadi anak yang tak berguna.

Aqilla tak bisa menyalahkan siapapun karena menyembunyikan hal sebesar ini padanya. Dirinya hanya kecewa, bagaimana mungkin semua orang bisa bersikap biasa saja disaat dirinya seperti orang bodoh yang tak mengetahui secuilpun keadaan Bundanya sendiri. Bagaimanapun alasannya, dirinya juga memiliki hak untuk mengetahui keadaan Bundanya.

Memang dari awal Fahmi menceritakan, dirinya marah besar bahkan sampai berteriak didepan suaminya itu. Dirinya tak percaya semua orang menutupi semua ini dengan sangat rapi, tanpa membuat dirinya curiga sedikitpun. Tapi setelah penjelasan yang Fahmi berikan membuatnya paham. Ini semua demi kebaikannya dan atas permintaan Bunda sendiri tentunya. Bundanya itu sangat pintar membuat semua orang menuruti permintaannya, terlebih terhadap dirinya.

Mengusap wajahnya pelan, Aqilla mengedarkan pandangannya kesetiap sudut dapur. Semua masih terasa sama seperti dulu. Semua peralatan dapur tertata rapi ditempat semestinya.

Walau kesedihan karena kepergian sang Bunda masih menyelimutinya juga seluruh keluarga. Aqilla akan mencoba membuat suasana seperti semula dan tidak larut dalam kesedihan lagi. Dirinya tau semua orang hanya berpura pura tegar untuk menutupi kesedihannya.

Sulit memang, di saat kita sedang rapuh tapi harus tampil tegar didepan semua orang. Semua ini demi Bunda. Dirinya tak ingin Bunda pergi di iringi tangisan semua orang, dirinya ingin Bunda pergi dengan bahagia.

Sudah cukup Bunda merasakan sakit dari penyakit yang dideritanya selama ini. Dengan kembalinya Bunda ke sang pencipta membuatnya tak akan merasakan sakit lagi setelah ini. Dirinya berharap Bunda bisa tenang dan mendapatkan tempat terbaik disisi-Nya.

Aamiin Ya Allah, hanya itu yang Aqilla harapkan sekarang.

Setelah beberapa bulan kepindahannya ke pondok, baru kali ini Aqilla berada ditempat yang hampir menyita seluruh waktu Bundanya semasa dulu.

Mengingat kenangan itu, membuat senyum Aqilla muncul. Bundanya itu sangat suka memasak dan entah bagaimana bakatnya itu menurun pada dirinya. Pasti orang yang tidak mengenalnya akan merasa aneh melihatnya memegang peralatan dapur, apalagi berperang dengan panas kompor dan cipratan minyak pasti akan terlihat kaku untuk orang tomboy sepertinya. Dirinya mengakui hal itu.

Mata Aqilla terpaku menatap celemek kesayangan Bunda yang terlipat rapi dirak kecil diatas meja. Ingatan saat dirinya diomeli habis habisan karena ketahuan menyembunyikan kelemek itu didalam toples dan ditimbun beras membuat Bunda uring uringan mencari celemek kesayangannya itu.

Kenangan itu membuat bibirnya tersenyum kecil dengan mata yang kembali berembun. Walaupun dirinya mencoba ikhlas menerima kepergian Bunda, tapi matanya ini tak pernah bisa berbohong. Hatinya begitu hancur menyadari kenyataan yang ada. Kehilangan yang begitu menyesakkan.

MY PERFECT USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang