65

86.9K 9.9K 4K
                                    

Happy reading💕

"Sayang?" Aqilla mengerjapkan matanya saat merasakan genggaman lembut di tangannya.

Wanita itu menoleh menatap suaminya yang tengah tersenyum lembut kearahnya.

"Pak... aku..." Ucap Aqilla terbata dengan mata yang terus berkeliaran menatap ke luar mobil.

Saat ini keduanya tengah berada didalam mobil tepat didepan pintu ndalem, dengan banyak santri yang berkeliaran disekitarnya. Tak heran karena setiap pagi seperti ini, para santri memang banyak yang beraktifitas diluar asrama. Untung saja kaca mobil yang mereka tumpangi tidak tembus pandang sehingga para santri itu tidak bisa melihat siapa yang tengah bersama si ustadz idola.

"Semua akan baik baik saja, hmm. Percaya sama saya." Ujar Fahmi dengan lembut. Tangannya ikut mengeratkan genggamannya, seolah menyalurkan ketenangan lewat tangan untuk Aqilla.

Aqilla tersenyum kecil sebelum mengalihkan pandangannya. Matanya berganti menatap sekelilingnya sebentar sebelum menghela nafasnya gusar.

Kejadian itu terulang kembali dalam pikirannya. Suara rotan yang menggema ditelinganya, teriakan si bangsat Lika yang terus berputar bagaikan kaset rusak.

Saat ini hatinya benar benar gelisah memikirkan apa yang akan terjadi setelah dirinya keluar dari mobil ini. Banyak prasangka buruk yang sialnya selalu nyangkut dalam otaknya.

Kalau kalian berfikir, Aqilla khawatir karena ketakutan atau trauma atas apa yang menimpanya beberapa hari silam itu, kalian salah besar! Bahkan dirinya pernah mengalami hal yang lebih mengerikan dari sekedar pukulan rotan si Lika yang nggak seberapa itu.

Dan yang membuat hatinya gelisah sekarang, melainkan dirinya takut karena apa yang akan diungkapkannya keseluruh warga pesantren akan berimbas pada keluarganya sendiri. Sungguh, Aqilla tidak ingin menjadi api yang akan menghanguskan keluarganya sendiri.

"Kita keluar sekarang?" Tanya Fahmi lagi dengan tangan yang terus mengusap tangan istrinya menenangkan.

Aqilla menoleh, menatap suaminya itu dalam sebelum akhirnya menganggukan kepalanya pelan.

Inilah adalah akhir dari semua rahasia ini. Inilah waktunya mereka mengetahui yang sebenarnya. Sudahlah, tidak peduli lagi tanggapan mereka nanti untuknya yang terpenting sekarang adalah keluarganya.

Ini keputusannya. Walau bagaimanapun pak ustadz harus menerima haknya. Sudah cukup dirinya egois selama ini. Tidak untuk selamanya.

"Ini bukan akhir Qill. Tapi ini adalah awal dari kehidupan lo yang sebenarnya. Kehidupan yang tiada konspirasi atau rahasia didalamnya. Setelah ini lo bisa hidup dengan adem ayem bersama pak ustadz dan keluarga lo! Lo nggak perlu main kucing kucingan seperti biasanya. Hidup lo nggak akan penuh drama seperti sebelumnya!" Aqilla terus menggumamkan kalimat itu berulang kali untuk menguatkan hatinya.

Genggaman Fahmi yang terlepas membuatnya membuka mata. Terlihat suaminya itu tersenyum lembut sebelum keluar dan berjalan melingkari mobil untuk membukakan pintu samping untuknya.

Dibalik cadarnya Aqilla menggulum bibirnya saat tangan besar itu terulur kearahnya. "Jahat ih! Mau bikin mereka baper sampai tulang?" Dumel Aqilla pura pura sebal sambil menyambut uluran tangan suaminya.

Fahmi terkekeh kecil. Tangan besarnya beralih menarik pinggang ramping istrinya itu untuk lebih dekat dengannya. "Sengaja. Biar mereka tau kalau saya memiliki bidadari surga disamping saya." Bisik Fahmi tertawa kecil sambil mencium pucuk kepala Aqilla dengan sengaja.

Dan benar saja. Para santri yang melihat tingkah keduanya langsung menghentikan kegiatannya, saat melihat Gus mereka membawa wanita bercadar yang diyakini adalah istri yang selama ini Gusnya itu sembunyikan. Sontak mereka menunduk dengan sopan saat Gus dan Ning itu melintas didepan mereka.

MY PERFECT USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang