35

85.1K 7.8K 1.6K
                                    

Saat ini teman sekelas Aqilla dengan kompak menemani Aqilla yang akan melaksanakan pertandingan taekwondo. Walaupun dalam fikiran mereka Aqilla hanya sekedar mewakili kelas mereka, tapi mereka tetap kompak mendampinginya karena tanpa Aqilla mereka semua akan mendapatkan sanksi. Tidak mereka  ketahui seberapa hebatnya Aqilla dalam ajang olahraga yang satu ini.

Pertandingan dilaksanakan di gedung serbaguna yang kini sudah dipenuhi para santri dan Ustadz, Ustadzah yang ingin menyaksikan pertandingan merayakan milad ini berlangsung.

Fahmi sebagai juri mulai memanggil nama nama peserta yang akan mengikuti lomba taekwondo ini. Pada nama yang terakhir membuat Fahmi terkejut. Nama Aqilla terpampang nyata disana sebagai perwakilan kelasnya.

"Aqilla Az-Zahra." Panggil Fahmi sebagai peserta lomba terakhir

Dengan seragam olahraganya Aqilla maju dan berkumpul dibarisan peserta lainnya.

Fahmi menatap Aqilla dengan tajam. Kenapa harus dirinya yang mewakili kelasnya dalam lomba ini? Apa tidak ada yang lain yang mengantikan?

Merasa ditatap Aqilla menatap Fahmi dengan alis terangkat. Heran karena Fahmi menatapnya tajam. Dirinya tidak merasa melakukan kesalahan apapun.

"Baiklah untuk kelas yang belum mengajukan nama akan mendapatkan sanksi besok. Dan untuk peserta pertama dimulai dari santri putra seperti yang sudah ditetapkan panitia." Ucap Fahmi membuka lomba dengan datar

Aqilla yang memang duduk di kursi paling pojok memudahkan Fahmi untuk mendekatinya.

"Ikut saya." Bisik Fahmi yang sudah diposisi belakang Aqilla

Untung saja kini semua pandangan santri terfokuskan keperlombaan sehingga tidak menyadari kedekatan keduanya.

"Eh?." Kaget Aqilla menoleh kebelakang melihat Fahmi yang sudah berbalik meninggalkannya

Aqilla menoleh sekelilingnya. Merasa sudah aman Aqilla langsung beranjak mengikuti langkah Fahmi yang membawanya keluar gedung serbaguna.

"Ada apa Pak?." Tanya Aqilla yang sudah berdiri tepat didepan Fahmi dengan bingung melihat Fahmi yang masih menatapnya tajam

"Kenapa kamu ikut lomba ini?." Tanya Fahmi

"Emang kenapa?." Tanya Aqilla balik dengan polos

Melihat tanggapan Aqilla membuat Fahmi menghela nafas lelah. Kenapa istrinya ini jadi sok polos begini.

"Kenapa ikut lomba seperti ini nggak ijin saya dulu?." Tanya Fahmi dengan tegas

"Oh harus ijin dulu ya? Bukannya Pak Ustadz yang bilang tiap kelas harus punya perwakilan. Ya aku daftar aja. Semua santri bebas, kok aku disuruh ijin dulu?." Tanya Aqilla tambah bingung. Kenapa saat semua santri bebas sedangkan dirinya harus ijin.

Fahmi menatap Aqilla gemas.

"Mereka siapa? Dan kamu ini siapa Ning?." Tanya Fahmi menekan kata Ning diakhir kalimatnya dengan gemas

Mendengar pertama kalinya Fahmi memanggilnya dengan sebutan Ning membuat Aqilla melototkan matanya tak percaya. Fahmi mencoba membandingkan dirinya dengan santri lain dengan status Ning yang disandangnya sekarang? Sungguh diluar dugaan.

"Eh? Pak Ustadz kok jadi gitu sih? Nggak boleh sombong! Jangan membanding bandingkan. Mentang mentang Gus gitu? Dasar gila pangkat!." Ketus Aqilla tidak percaya Fahmi mengucapkan hal demikian

Bukannya marah atau tersinggung istrinya sendiri mengatainya, Fahmi malah gemas dan gereget sendiri dengan istrinya ini, suami sendiri dikatai gila pangkat? Yang benar saja.

"Maksud saya... kamu itu ISTRI SAYA!! Sudah seharusnya kamu ijin saya jika ingin berbuat ataupun pergi kemanapun. Saya pemimpin kamu! suami kamu Aqilla! Dan siapa yang gila pangkat? Kamu memang seorang Ning disini." Jelas Fahmi menjelaskan secara rinci membuat Aqilla cengengesan sendiri mendengar Fahmi menekan setiap katanya

MY PERFECT USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang