Selamat membaca
Nadya termenung memikirkan perkataan Evan tadi. Evan belum baru mengatakan ingin hubungan mereka lebih serius lagi. Dan Nadya juga belum memberi jawabannya.
Pria itu seperti sudah leluasa untuk memasuki hatinya, padahal maksud Nadya bukan ingin memberi Evan harapan.
Selama ini Nadya hanya menganggap Evan teman. Tapi dibalik itu semua Evan justru menaruh rasa padanya. Bahkan dia lupa jika seorang teman bisa pandai menyimpan perasaan, misalnya mencintai dalam diam.
Tadinya Wanda ingin memanggil Nadya untuk makan malam, namun setelah melihat anaknya itu melamun dengan tatapan kosong. Wanda mengurungkan niatnya.
Bila anaknya gelisah seperti ini pasti ada sesuatu yang menganggu pikirannya.
"Nadya? Ada apa?"
Seketika Nadya merasa serba salah. Mengatakan hal ini pada ibunya atau tidak? Nadya benar-benar membutuhkan saran dari ibunya.
Nadya menarik nafasnya panjang sebelum berbicara. "Mamah tau Evan kan?"
Wanda memang mengenal Evan. Namun hanya sebatas karena Nadya berteman dengannya dan Evan sering mengantar atau menjemput Nadya.
"Tau. Kenapa Evan?"
Nadya kembali menatap ibunya. Matanya menyorotkan kegelisahan. "E-evan mau serius sama aku,"
Sejenak Wanda terdiam. Anaknya sedang bingung memilih diantara dua pilihan. Bukankah Reyhan juga ingin melamar Nadya?
"Nadya. Mamah ngga perlu jelasin panjang lebar kan gimana pengorbanan dan perjuangan Reyhan selama ini buat kamu?" Suaranya begitu lunak. Tidak ada lagi nada bicara yang membuatnya takut.
"Dari waktu kecil Reyhan yang selalu ada buat kamu, padahal itu kewajiban mamah sebagai ibu. Lambat laun kalian tumbuh jadi anak remaja yang pasti sudah merasakan cinta, tapi mamah ngelarang kamu. Semakin kalian dewasa rasa cinta kalian semakin besar. Dan sekarang apa kamu semudah itu memberikan hati kamu buat laki-laki lain?"
Dahulu Wanda berusaha sekeras mungkin memisahkan Nadya dengan Reyhan. Sekarang gilirannya untuk mendekatkan mereka kembali.
"Keputusannya ada ditangan kamu, mamah ngga mau lagi maksa atau mengekang kamu," Wanda tersenyum.
Nadya melihat diri ibunya yang jauh berbeda. Ada sisi yang tidak pernah dia ketahui, ibunya sudah membesarkan dirinya dari kecil tanpa didampingi seorang suami.
"Ternyata dugaan aku dulu salah. Mamah wanita yang paling hebat dan ibu yang terbaik. Aku nyesel pernah nilai mamah yang enggak-enggak,"
Nadya menatap lurus ke depan. "Kadang aku mikir, papah kenapa ya nyia-nyiain perempuan sebaik mamah?"
Ayah Nadya sudah berselingkuh dibelakang istrinya sejak Nadya masih balita. Dia sering tidak pulang ke rumah, bahkan jarang meluangkan waktu untuk anaknya sendiri. Namun Nadya masih kecil, jelas dia tidak mengerti ada masalah apa dengan keluarganya. Yang dia lihat hanya ibunya sering memarahi ayahnya, tanpa tahu sebabnya.
"Makanya mamah berharap kamu bisa pilih suami yang baik, selalu menjaga kamu dan yang pasti ngga mengkhianati kamu," contohnya Reyhan, ujar Wanda dalam hati.
Wanda merapihkan rambut Nadya seraya berkata. "Kamu udah dewasa, mamah percaya kamu pasti bisa pilih laki-laki yang tepat,"
~
Reyhan memberhentikan mobilnya ditempat parkiran. Dia sudah bersiap menggunakan setelan jas untuk mendatangi resepsi pernikahan rekan kerjanya.
Ia menatap dirinya di depan kaca spion dan merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan.
Mungkin nanti akan banyak yang bertanya, wajah tampan karier mapan tapi mengapa belum memiliki pasangan? Tapi Reyhan tidak menghiraukan hal itu.
Dengan tergesa-gesa Reyhan langsung menaiki tangga menuju lantai 2. Tempat resepsi tersebut digelar. Tadi dijalan macetnya luar biasa, ya... beginilah kota Jakarta.
~
Hari itu Nadya menghadiri pernikahan temannya saat di kantornya yang dulu. Kini giliran acara lempar bunga, Nadya tidak terlalu berharap banyak dapat menangkap bunga itu.
Sepasang pengantin membelakangi tamu undangan dan bersiap melempar bunganya.
1
2
3
Hap
Sebuket bunga berada ditangan Nadya. Matanya membulat. Dia tidak menyangka bisa berhasil mendapatkannya.
Para tamu undangan yang melihatnya langsung bertepuk tangan ria. Konon, mereka yang mendapatkan buket bunga ini akan segera menikah atau akan segera bertemu dengan jodohnya. Nadya memamerkan bunga itu ke khalayak ramai dengan ekspresi bahagia.
Namun yang membuat tamu undangan tepuk tangan bukan hanya karena Nadya mendapat bunganya. Tapi ada seorang pria yang berlutut dibelakangnya.
"Nad, liat ke belakang deh," kata salah satu temannya.
Nadya langsung membalikkan badannya melihat apa yang dimaksud. Betapa kagetnya ketika dia melihat Evan sudah dalam posisi berlutut dihadapannya.
"Evan? Lu ngapain?" Nadya mengecilkan suaranya. Jantungnya berdegup kencang, apa jangan-jangan Evan akan-? Tidak! Itu pasti hanya prasangkanya saja!
Sudah lama sekali Evan menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya pada Nadya. Sekarang sudah tidak ada penghalang diantara hubungan mereka berdua.
"Nadya. Will you marry me?" Ucapnya dengan yakin sembari menunjukkan kotak berisi cincin.
Hanya dengan modal keberanian Evan melamar Nadya. Dia tidak berpikir panjang terlebih dahulu. Bahkan melamarnya di depan banyak orang, resikonya jelas lebih besar. Tapi Evan tak peduli, diterima atau ditolak itu urusan belakangan.
-
Cuman Evan yang berani ngelamar cewe tanpa tau cewe itu suka apa engga sama dia😂 Kira-kira aksi nekad Evan bisa berujung di pelaminan ngga ya?
Agak panjang, karna ada sedikit penjelasan tentang ayah Nadya, terutama buat yang baru baca cerita ini. Dan author baru bisa ceritain di part sekarang🙌🏻
Terimakasih yang sudah membaca
Maaf jika ada kesalahan kata/bahasa
See you👋🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
I Do
Fanfiction13+ Sekuel atau lanjutan dari cerita 'Jangan Ada Dusta Diantara Cinta' Penantian yang terlalu lama akan terasa melelahkan jika tanpa adanya kepastian. Kisah dua insan yang saling mencintai dan berjanji untuk hidup menua bersama sampai ajal memisahk...