Selamat membaca
Reyhan melihat foto yang istrinya berikan sebelum dia pergi meninggalkan rumah. Dia membaca kalimat yang tertulis di belakangnya satu-persatu.
Kata-kata yang mengungkapkan rasa cinta seorang pembantu dengan majikannya, tak hanya itu tapi Yuni juga menuliskan keinginannya untuk menjadi istri dan ibu dari anak-anaknya.
Reyhan bergidik ngeri membacanya. Entah apa yang Yuni pikirkan setiap melihat dirinya. Rasa ingin memilikinya? Atau mungkin dia terobsesi dengannya?
Apapun itu, Reyhan sangat kecewa dengan Yuni. Orang yang selama ini dia percaya ternyata diam-diam menusuknya. Bahkan berniat untuk membuat rumah tangganya hancur.
Reyhan bangkit berdiri dan melangkahkan kakinya menuju tangga. Ya kakinya memang terluka. Mungkin juga sulit untuk berjalan ke atas sana.
Tapi semua kenangan tentang istri dan anak-anaknya ada di sana. Paling tidak Reyhan bisa memeluk atau sekedar menyentuh barang-barang yang mereka tinggalkan demi mengobati kerinduannya pada keluarga kecilnya.
"Arghh!" Reyhan mengerang keras ketika menaiki tangga satu persatu. Kakinya belum diobati. Tentu masih terasa sangat sakit.
Dia bernafas lega saat sudah sampai di kamarnya. Namun melihat berbagai barang seperti boneka, bingkai foto yang terpajang di seluruh isi ruangan itu saja membuatnya tertegun.
Sudah sehari Reyhan meninggalkan rumah ini. Semua barang tersusun rapi di tempatnya, meskipun putri mereka sempat hilang ternyata Nadya tidak lupa dengan tugasnya sebagai seorang istri untuk membersihkan rumah.
Dia duduk di tepi ranjang dan mengambil boneka kesayangan putrinya lalu memeluknya dengan erat. Apa sekarang putri kecilnya itu bisa tidur tanpa bonekanya? Reyhan tidak yakin. Biasanya setiap malam sebelum tidur istrinya akan menaruh boneka ini di dekat Sindy baru dia bisa tertidur.
Kalau Rendy, anak itu benar-benar selalu mengerti orangtuanya. Dia jarang sekali membuat mereka merasa kesusahan. Tapi bagaimanapun sikap dan perilaku anak-anaknya, Reyhan akan tetap menyayangi mereka.
"Tidur yang nyenyak ya anak-anak papah. Maaf, semua ini salah papah," ucap Reyhan dengan matanya yang sendu.
~
"Iya-iya sayang, Sindy tidur dulu ya?" Ucapnya pada sang anak yang terus merengek-rengek. Sepertinya anak-anaknya tidak bisa tidur dengan tenang.
Nadya menaiki taksi tanpa tahu arah tujuan yang jelas. Dia tidak tahu harus kemana lagi. Jika dia ke rumah mendiang ibunya, Reyhan pasti akan mencarinya ke sana. Menyewa tempat penginapan pun uangnya tidak mungkin cukup.
Andai dia tidak kabur dari rumah dan meninggalkan suaminya. Nadya menyesal telah membawa anak-anaknya yang tidak bersalah masuk ke dalam penderitaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Do
Fanfiction13+ Sekuel atau lanjutan dari cerita 'Jangan Ada Dusta Diantara Cinta' Penantian yang terlalu lama akan terasa melelahkan jika tanpa adanya kepastian. Kisah dua insan yang saling mencintai dan berjanji untuk hidup menua bersama sampai ajal memisahk...