Selamat membaca
"Sebentar lagi papah pulang," ucap wanita yang tengah menimang-nimang anaknya itu.
Sedari tadi dia sudah berusaha menenangkan anaknya, namun tangisannya tak kunjung reda. Sementara sang kakak sudah terlelap di atas tempat tidurnya.
"Iya-iya sayang. Sebentar lagi papah pulang kok, Sindy kangen papah ya?" Tanyanya pada bayinya yang masih menangis kencang. Tangan Sindy mengusap-usap matanya seolah ingin tidur tetapi dia ingin ditemani oleh ayah dan ibunya.
Tiba-tiba terdengar bunyi langkah kaki dari tangga pertanda suaminya sudah pulang. Reyhan membuka pintu kamar. Dia terkejut melihat Nadya sedang berdiri menggendong Sindy, ditambah lagi terdengar suara bayinya yang terus menangis.
"Papah dateng," mendengar ucapan ibunya sontak Sindy mengalihkan pandangannya ke Reyhan.
"Eh, anak papah. Belum tidur?" Reyhan menghampiri Nadya. Ketika tangannya berusaha menyentuh Sindy, Nadya langsung menepisnya.
"Kamu lupa? Mandi dulu bersih-bersih habis itu baru boleh megang Sindy," sergah Nadya dengan ekspresi datar.
Reyhan melaksanakan perintah istrinya untuk membersihkan seluruh tubuhnya terlebih dahulu. Karena sudah rindu dengan anaknya, Reyhan mandi terburu-buru.
Reyhan tersenyum puas setelah selesai mandi dan memakai baju tidurnya. Perlahan dia menaiki ranjang untuk bermain sebentar dengan Sindy.
"Sindy sayang," panggil Reyhan yang langsung mencium pipi Sindy. Berharap anaknya akan senang, justru respon yang Sindy berikan malah sebaliknya. Dengan matanya yang berkaca-kaca Sindy mulai menangis lagi.
"Loh? Kok Sindy nangis?" Tanya Reyhan memasang raut wajah kecewa.
"Ini kan udah jam tidurnya. Kamu juga pulangnya malem banget," jawab Nadya sambil menenangkan putrinya.
Inilah hal yang tidak Reyhan sukai. Dia selalu bekerja sampai larut malam hingga tidak bisa bermain dengan anak-anaknya sendiri. Nadya segera menyusui bayi yang berada di gendongannya itu.
Selama Sindy menyusui dan mulai memejamkan matanya, tangan kanan Nadya terus menggenggam tangan Reyhan. Mereka tersenyum lega melihat putrinya sudah tertidur lelap. Dengan hati-hati Nadya menidurkan Sindy dalam posisi telentang.
Nadya meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal karena seharian mengurus rumah dan menjaga anak-anaknya. Reyhan yang sedang memperhatikan gerak-gerik Nadya pun mendekatinya.
"Kenapa? Capek ya?" Tanya Reyhan merasa iba.
"Ngga apa-apa kok. Udah biasa," balasnya yang memejamkan mata sembari memijat pundaknya sendiri.
Reyhan kembali duduk lebih dekat dengannya, sedangkan Nadya memunggunginya. Dia menggerakkan kedua tangannya dan meletakkannya di atas bahu Nadya, kemudian Reyhan memijatnya perlahan dari belakang.
"Kamu lupa kalo aku jago mijet?" Sontak Nadya tertawa kecil mendengar kelakarnya.
Nadya bertanya balik. "Bahkan dari SMA. Ya kan? Kamu masih inget dong?"
Setelah ingatan itu muncul Reyhan berkata. "Oh iya-iya," mereka tertawa mengingat masa-masa mudanya dengan suara yang sangat pelan agar anak-anak mereka tidak terusik.
"Enak juga ya. Punya suami yang serba bisa, multitalent. Kapan-kapan bisa dong bantu aku buat nyapu, ngepel, cuci piring, cuci baju, setrika baju-" ucapannya terpotong.
"No! Kalo nyetrika baju aku nyerah," sela Reyhan yang membuat Nadya menoleh ke belakang. Reyhan pernah merusakkan pakaiannya saat sedang menyetrika akibat ditinggal pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Do
Fanfiction13+ Sekuel atau lanjutan dari cerita 'Jangan Ada Dusta Diantara Cinta' Penantian yang terlalu lama akan terasa melelahkan jika tanpa adanya kepastian. Kisah dua insan yang saling mencintai dan berjanji untuk hidup menua bersama sampai ajal memisahk...