I Do (46)

1.1K 92 24
                                    

Selamat membaca

2 Minggu setelah kepergian ibunya, wanita itu jadi sering melamun sambil menatap jendela kamarnya. Entah apa yang membuatnya betah berlama-lama duduk di depan jendela.

Bukan hanya kebiasaannya yang aneh, tapi perilakunya juga mulai berubah. Mungkin ibu lain setelah anaknya lahir dia akan disibukkan dengan kegiatan mengurus bayi, namun hal itu tidak berlaku bagi Nadya.

Efek dari rasa kehilangan atas kematian ibunya sehari setelah anaknya lahir, Nadya malah semakin menjauh dari anak keduanya itu. Nadya akan menyentuh putrinya hanya saat dia menyusuinya saja, selebihnya dia serahkan kepada pembantu barunya.

Reyhan memberinya nama Sindy Amora Elisandra Anugrah. Reyhan meletakkan nama anugrah karena menurutnya kelahiran putrinya adalah karunia terindah dari Tuhan yang sangat dia syukuri, apalagi dokter sempat memvonis bahwa anaknya tidak akan selamat. Tapi buktinya dia sekarang bisa tumbuh sehat dan menjadi bayi perempuan yang cantik.

Sangat disayangkan, istrinya justru seakan tidak senang berada dekat dengan anaknya terkecuali Rendy. Namun Reyhan tetap berusaha mengerti, Nadya pasti masih butuh waktu untuk menerima anaknya.

"Sayang, kamu udah makan?" Tanya Reyhan sambil memeluknya dari belakang. Dan dibalas gelengan darinya. Memang, Nadya juga terlihat sedikit cuek dan sering murung di depan suaminya.

"Tangan kamu kok belum sembuh ya?" Reyhan menyentuh punggung tangan Nadya yang dibalut perban. Dia terpaksa berbohong pada Reyhan tentang Evan yang saat itu datang ke rumah dan menyayat tangannya.

Dari arah pintu seorang asisten rumah tangga berusia 25 tahunan menghampiri mereka sembari menggendong bayi perempuan dengan bandana pita di kepalanya.

"Maaf. Saya sudah lancang masuk ke dalam kamar pak Reyhan dan Bu Nadya," katanya sedikit menundukkan kepala.

"Iya ada apa bi?" Tanya Reyhan yang berbalik badan. Sementara Nadya tidak mengalihkan pandangannya dari jendela.

"Non Sindy nangis terus pak. Saya sudah coba tenangkan, tapi nangisnya malah makin kencang," ucap Yuni dengan khawatir.

Reyhan mendekati Yuni. "Biar sama saya aja," dia langsung mengangkat tubuh Sindy dan mendekapnya.

"Saya pamit keluar pak," Yuni bergegas keluar dari kamar mereka, Reyhan hanya mengangguk sambil mengelus punggung Sindy.

"Cantiknya princess papah... Sindy mau sama papah ya?" Tanya Reyhan yang menyunggingkan senyumnya. Anaknya yang satu ini memang manja, sangat berbeda dengan kakaknya.

Diam-diam Sindy memandangi ibunya dari jauh sambil menyenderkan kepalanya di dada bidang ayahnya. Nadya sedikit menengok ke belakang melihat sekilas interaksi mereka, ternyata anaknya tengah memperhatikannya seakan ingin berada di dekatnya. Sontak Nadya mengalihkan pandangannya menatap jendela dan meneteskan air mata.

 Sontak Nadya mengalihkan pandangannya menatap jendela dan meneteskan air mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang