I Do (65)

1K 106 29
                                    

Selamat membaca

"Ayah dari tuan putri berhenti di depan kerajaan yang megah demi mencari setangkai mawar,"

Seorang wanita tengah bercerita kepada anak-anaknya sebelum tidur. Ditangannya ada buku dongeng yang berisikan cerita-cerita fantasi. Sedangkan kedua anaknya itu asik mendengarkan sambil berbaring di tempat tidurnya.

"Lalu dia turun dari kuda yang ditungganginya tadi. Ayah tuan putri memetik mawar itu untuk diberikan kepada anaknya," katanya sembari melirik Rendy dan Sindy.

"Tiba-tiba dari belakang ada sosok monster yang menangkap ayah tuan putri dan mengurungnya karena perbuatannya yang sudah mencuri mawar,"

Mendengar itu Sindy langsung menutup kedua matanya dengan selimut karena tidak berani membayangkan betapa seramnya monster itu.

"Amah...," Panggil Sindy masih dalam posisi yang sama.

Sontak Rendy yang berbaring disampingnya menoleh ke arah adiknya. Sudah lama Rendy pisah kamar dengan ayah, ibu dan adiknya. Entah ada angin apa adiknya itu tiba-tiba ingin tidur bersamanya malam ini.

"Iya. Kenapa sayang?" Sahut ibunya.

"Iny nda mau dengel celitanya," kata Sindy gugup.

"Emang kenapa? Sindy ngga suka ya?"

"Iny takut," jawabnya sambil menarik selimutnya.

"Anak mamah takut? Katanya Sindy pemberani. Yaudah, sekarang kalian tidur aja ya. Kak Rendy juga kayaknya udah mulai ngantuk," Nadya bangkit dari tempat duduknya dan mengelus rambut Rendy.

"Good night mah," ucap Rendy tersenyum tipis dengan matanya yang sudah sayu.

"Good night pangeran kecil mamah," balasnya. Nadya mencium lembut kening Rendy.

"Onait," lirih Sindy.

"Good night princess mamah," dia berganti mencium wajah Sindy dengan sayang.  "Jangan takut ya. Ada kak Rendy disini," sambungnya.

Nadya mematikan lampu kamar. Karena Rendy tidak bisa tidur jika lampunya tidak dimatikan. Perlahan dia menutup pintu sambil melihat Sindy yang masih ketakutan dibawah selimut.

"Tidur sayang...," Bisiknya.

Pintu itu tertutup. Kini suasana kamar sangat gelap. Sindy benar-benar takut. Dia menyenggol bahu Rendy agar kakaknya mau menemaninya sampai tertidur. Tapi Rendy sudah tidur duluan.

"Kak! Kak Len," bisik Sindy. "Iny akut," ucapnya dengan mata yang mulai berair.

Andai disampingnya ada ayahnya. Pasti ayahnya itu akan mendekapnya dan menjaganya selama dia tertidur. Atau mungkin ibunya. Yang akan membelai rambutnya hingga dia terbawa ke alam mimpi.

Sindy menatap langit-langit kamar. "Mah... Pah...," Panggilnya dengan suara yang kecil.

Bahkan mungkin dirinya saja yang bisa mendengarnya. Atau jangan-jangan monster yang bersembunyi dibalik kegelapan itu juga mendengar suaranya. Hiii... Seram sekali. Sindy menutupi kepalanya menggunakan selimut tebal agar monster nya tidak bisa menemukannya.

Nadya menutup pintu kamar dan melangkah menuju meja riasnya. Ditempat tidur suaminya sedang menatap ponsel untuk mengurus pekerjaan.

"Anak-anak udah tidur?" Tanya Reyhan pada istrinya yang tengah bercermin.

"Udah. Sindy juga pasti sebentar lagi tidur," jawabnya.

"Kalo Sindy udah berani tidur sendiri kayak Rendy, berarti kita tidur berdua lagi dong? Ngga akan ada yang ganggu," kata Reyhan dengan mata yang berbinar. Membayangkan jika mereka bisa berdua seperti dulu dan tak ada gangguan dari anak-anak.

"Emang kemarin-kemarin ada yang ganggu?" Tanya Nadya sembari duduk ditepi ranjang.

"Bukan ganggu. Tapi kita jadi ngga ada waktu buat berdua,"

"Emang kalo kita cuman berdua kamu mau ngapain? Hm?"tantangnya.

Reyhan meletakkan ponselnya di atas lemari kecil disampingnya. "Oh iya aku udah cukur kumis aku. Kamu suka?" Tanya Reyhan.

"Menolak tua ya?" Cibir Nadya.

"Bukan. Kan ngga ada salahnya tampil ganteng di depan istri sendiri,"

"Iya deh. Aku suka," Nadya tidur menyamping seraya mengelus kumis suaminya yang sudah dicukur habis.

"Aneh tapi nyata ya? Perasaan kita kemarin masih kecil. Rambut kamu masih dikuncir dua. Kemarin kita masih main sepeda, tapi sekarang anak kita udah dua. Mereka juga udah bisa lari, kita jadi orangtua," kata Reyhan yang menatap istrinya.

"Iya. Aku percaya, sesuatu yang udah direncanakan oleh Tuhan untuk kita. Ngga akan mungkin tertukar, apalagi terganti. Sama kayak kamu, pria yang ngga pernah aku sangka akan menetap di hati aku selama ini," Nadya mengelus rambut Reyhan.

Saat mereka sedang mesra-mesranya tiba-tiba pintu kamar terbuka. Gadis kecil yang menangis segera menghampiri ranjang mereka. Tadi di kamarnya ada suara benda yang bergeser. Dia sangat takut. Padahal bisa jadi itu hanya tikus yang lewat dan tidak sengaja menyenggol benda.

"Sindy? Kamu kenapa sayang?" Tanya ibunya khawatir.

Sindy menunjuk ke arah luar sambil menangis tersedu-sedu. "Iny akut mah ada monstel," iya mungkin monster tikus.

"Biar Sindy ngga takut, Sindy tidur disini aja ya. Sama mamah papah," katanya yang menutup pintu lalu menidurkan Sindy ditengah-tengah mereka.

"Ada monster?" Tanya ayahnya. Sindy membalasnya dengan anggukan.

"Monstel besal," Sindy menggerakkan tangan mungilnya seakan menggambarkan betapa besarnya monster itu.

"Sindy sama papah sini. Papah peluk biar monster nya ngga berani ambil Sindy," ujar Reyhan merentangkan tangannya.

"Ndaa mau!" Tolak Sindy.

Reyhan mengerutkan dahinya. "Kenapa emangnya?"

"Iny nda suka apah nda pake baju!" Jawab Sindy yang menempel ke ibunya.

"Loh dulu waktu masih bayi Sindy kan suka papah ngga pake baju," katanya.

"Sekalang nda! Iny ukan adek bayi!" Dulu memang iya. Tapi Sindy kan bukan bayi lagi!

"Yaudah Sindy sama mamah aja ya. Ayo tidur udah malem," Nadya menepuk-nepuk punggung Sindy.

Diam-diam Reyhan mengejutkan Sindy dari belakang. "Hahaha monster datang," guraunya memegang pundak Sindy.

"Aaaa... Maa!" Teriak Sindy hingga hampir membuat gendang telinga orang yang mendengarnya ingin pecah.

Plakkk

Satu tamparan keras mendarat di pipi Reyhan. Ternyata yang sebenarnya monster bukan dirinya. Tapi istrinya. Dia memelototi Reyhan seolah mata itu akan keluar dari tempatnya.

-

Sekedar info, Rendy umurnya 4 tahun lebih hampir 5 tahun. Jarak Rendy sama Sindy juga sekitar setahun sebulan, karna waktu itu Sindy kan lahir prematur.

I DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang