I Do (60)

1.1K 104 25
                                    

Selamat membaca

"Kamu memang istri yang berbakti kepada suami. Tante salut sama kamu," pujinya. "Kalo begitu sekarang Tante anterin kalian ke kamar ya. Nadya, kamu ngga bawa pakaian?" Tanya Manda.

"Iya Tante. Aku ngga bawa satupun baju," jawabnya menunduk.

"Di kamar nanti ada lemari, kamu bisa pakai baju bekas anak Tante. Ngga apa-apa kan sayang?" Manda menyentuh pundak Nadya.

"Ngga apa-apa Tante," Nadya tersenyum.

Manda mengantarkan Nadya ke kamar anaknya yang sudah tidak terpakai. Kamarnya memang tidak terlalu luas. Tapi cukup untuk ditempati oleh dia dan anak-anaknya.

"Kamar ini bekas anak perempuan Tante. Sudah lama tidak ditempati, paling waktu mereka datang ke sini aja. Tapi kamar ini bersih kok, setiap hari Tante pasti membersihkannya. Maaf ya kamarnya kecil, mungkin ngga sebesar kamar di rumah kamu," paparnya.

"Dapet tempat untuk berteduh aja aku udah bersyukur Tan. Lagipula kamarnya nyaman kok,"

"Alhamdulillah. Sekarang kamu ganti baju ya, nanti kamu bisa masuk angin pakai baju basah begini,"

"Iya Tante. Makasih ya," kata Nadya.

Manda beralih menatap Rendy dan Sindy. "Cantik dan ganteng anak-anak kamu. Semoga kalian betah ya disini, Tante tinggal dulu. Kamu kalo mau makan, Tante udah siapin di bawah tudung saji,"

"Iya tan,"

Setelah Manda pergi, Nadya menutup pintu kamar. Dia berjalan ke arah dipan jati yang beralaskan kasur busa. Tempat tidur ini masih layak untuk dipakai.

Nadya langsung menurunkan Rendy dan Sindy dari gendongannya. Rasanya seluruh tubuhnya seakan mau remuk setelah menggendong mereka kemanapun dia pergi.

"Ma... Atuk," sahut Rendy yang menarik lengan ibunya.

"Rendy ngantuk? Bajunya diganti dulu ya soalnya basah,"

Malam semakin larut, Nadya segera mengganti bajunya dan baju anak-anaknya. Menyiapkan kebutuhan mereka sebelum tidur. Seperti biasa yang tertidur lebih awal hanya Rendy, sedangkan Sindy masih sibuk menangis.

Udara dingin malam hari seperti ini begitu menusuk sampai ke tulang, ditambah lagi di luar sedang hujan. Berbeda dengan rumahnya yang tetap hangat sekalipun di luar ada hujan badai.

Dengan matanya yang sayu karena menahan kantuk, dia menyelimuti tubuh anak-anaknya. Memastikan mereka bisa tertidur pulas meskipun dirinya harus rela begadang.

~

Pagi hari Reyhan berniat untuk mencari istri dan anak-anaknya. Kali ini dia tidak butuh bantuan siapapun, dia ingin mencarinya sendiri. Ini salahnya. Dia juga yang harus bertanggungjawab atas segala perbuatannya karena telah menyakiti hati istrinya.

Namun sampai matahari berada di atas kepala pun Reyhan tak kunjung menemukan mereka. Seluruh tempat yang Reyhan tahu sudah dia datangi, tapi belum ada tanda-tanda keberadaan Nadya.

"Kalian kemana?" Tanya Reyhan frustasi.

Apa mungkin mereka sudah pulang ke rumah? Reyhan memutar balik mobilnya ke arah rumahnya. Sampai di depan teras ternyata pintu rumahnya terbuka, jangan-jangan istrinya sudah pulang?

Begitu masuk ke dalam, Reyhan terkejut melihat ibunya sudah berdiri di ruang tamu dan menatapnya tajam.

"Kamu dari mana aja? Bunda udah nungguin kamu dari tadi disini," tanyanya.

I DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang