Selamat membaca
"Tante mau pergi ke kebun dulu. Kamu mau ikut?" Tanya Manda pada Nadya yang tengah menjaga kedua anaknya yang tertidur.
"Ngga Tante. Aku jaga rumah sama jaga anak-anak aja," jawabnya.
"Kalo gitu Tante pergi. Kamu kalo mau masak buat makan siang, masak aja ya. Assalamualaikum," pamit Manda yang keluar rumah.
"Iya tante. Waalaikumsalam," balas Nadya.
Dia kembali mengipas-ngipaskan tubuh Sindy menggunakan kertas. Tidur di siang hari seperti ini membuat putrinya kepanasan. Belum lagi matahari sedang terik-teriknya, di kamar ini juga tidak ada kipas angin.
"Ssst... Gerah ya sayang?" Tanyanya sambil membuka kancing baju Sindy ketika melihat anaknya menggerak-gerakkan kaki mungilnya.
Tok tok tok
Ada bunyi seseorang yang mengetuk pintu dari luar. Itu pasti tantenya! Dia mungkin lupa membawa sesuatu dan berniat mengambilnya ke rumah.
Nadya turun dari dipan dan melangkah ke luar untuk membukakan pintu. "Tante ketinggalan ba-" ucapannya terpotong saat melihat sosok pria dihadapannya.
Reyhan?
Nadya memundurkan tubuhnya menjauh dari Reyhan dengan perlahan-lahan. Tatapannya masih terpaku pada Reyhan. Suaminya itu semakin mendekati dirinya seakan mengatakan jangan pergi lagi.
Kakinya tiba-tiba lemas. Nadya terduduk di sofa kecil ruang tamu. Tidak ada pelukan hangat. Yang ada hanya kecanggungan diantara mereka berdua. Seolah-olah mereka tidak pernah tinggal dan hidup bersama.
Reyhan bersimpuh di kaki istrinya dengan matanya yang berkaca-kaca menahan air mata layaknya seorang anak yang meminta maaf kepada ibunya. Akhirnya dia bisa melihat istrinya lagi!
Walaupun mungkin reaksi Nadya diluar dugaannya. Tidak seperti di film-film roman, pasangan yang berpisah lama lalu saat bertemu kembali mereka langsung berpelukan dan mengutarakan kerinduannya yang mendalam.
"Sayang...," ucap Reyhan lembut hingga suaranya hampir tak terdengar.
Nadya tidak tahu harus mengucapkan apa. Bukan karena dia sudah tidak sayang padanya. Tapi Reyhan yang kini ada di hadapannya tampak tak terurus, bajunya lusuh, rambut yang biasa tertata rapi sekarang terlihat kusut sekali. Mereka baru berpisah 4 hari kan bukan setahun?
"Kamu pasti tau aku datang kesini untuk minta maaf dan menjemput kamu," Reyhan memegang tangan Nadya.
"Aku sekarang sadar. Ngga sepantasnya aku sebagai suami bersikap buruk sama kamu. Aku bahkan ngga menghargai kamu yang udah membesarkan, merawat dan menjaga anak-anak kita dengan susah payah. Yang ada dipikiran aku cuman kerja sama anak-anak. Aku ngga pernah mikirin perasaan kamu gimana, sulitnya kamu gimana setiap menjaga anak-anak kita, padahal kamu juga butuh dukungan dari aku, sampe aku berani membentak wanita yang sudah berjuang melahirkan mereka,"
Air matanya tak terbendung lagi setiap kali dia mendengar perkataan Reyhan. Hatinya seperti dicabik-cabik. Nadya meremas tangannya yang masih menggenggam erat jemari Reyhan.
"Kalung, baju, perhiasan yang aku kasih ternyata ngga ada nilainya dibandingkan dukungan dari aku untuk ibu rumah tangga seperti kamu. Bodohnya aku, aku sengaja kasih semua barang itu supaya kamu bisa lebih semangat menjaga anak-anak bukan karena niat yang tulus. Bukan karena kamu istri aku. Kamu bisa marah sama aku, benci aku,"
Dengan ragu-ragu Nadya menggelengkan kepalanya. Semua yang Reyhan katakan memanglah benar. Dia senang karena Reyhan sudah mau jujur. Tapi kejujuran itu juga terdengar menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Do
Fanfiction13+ Sekuel atau lanjutan dari cerita 'Jangan Ada Dusta Diantara Cinta' Penantian yang terlalu lama akan terasa melelahkan jika tanpa adanya kepastian. Kisah dua insan yang saling mencintai dan berjanji untuk hidup menua bersama sampai ajal memisahk...