I Do (21)

1.6K 122 19
                                    

Selamat membaca

Matanya berkaca-kaca menatap Evan, Nadya mengangguk pelan dan berkata. "Iya. Aku mau,"

Lamarannya diterima? Evan memasangkan cincin di jari manisnya, Nadya menghambur ke pelukan Evan. Sontak seluruh isi gedung yang menjadi saksi memberikan tepukan tangan yang meriah.

Tidak! Tentu semua itu hanya khayalan Evan saja. Nyatanya Nadya masih membisu dan mematung di tempat. Belum ada satu katapun yang terlontar dari mulutnya.

Dari arah lain Reyhan ternyata melihat bagaimana cara Evan melamar pujaan hatinya yang baru ingin dipinangnya.

Semua mata tertuju pada mereka. Nasib Evan kini ditangan Nadya. Jika Nadya menolaknya maka akibatnya jelas dia harus menanggung malu.

Nadya menatap semua orang yang memandangnya. Dari banyaknya kerumunan orang itu ada satu yang mencuri perhatiannya. Seperti Reyhan. Mengapa Reyhan ada disini?

Reyhan yang sadar dirinya dilihat oleh Nadya pun berlari ke luar gedung tersebut.

"Reyhan?" Tanyanya. Nadya langsung melempar bunga yang dipegangnya ke sembarang tempat dan mengejar Reyhan.

Reaksi orang-orang yang melihatnya sudah pasti sangat terkejut. Mereka saling bergosip dan menerka-nerka ada apa dengan hubungan Nadya, Reyhan dan Evan.

Emosi Evan memuncak. Tetapi Evan tidak menyerah dan mengejar Nadya.

"Reyhan!" Teriak Nadya dari jauh.

Saat menuruni tangga kaki Nadya terkilir. "Aww," raungnya menahan sakit. Namun Nadya tidak pasrah dan tetap mengejar Reyhan dengan kakinya yang sedikit pincang.

"Rey! Tunggu,"

Nahas, Reyhan lebih dahulu naik ke dalam mobilnya. Dia tidak menghiraukan satu katapun yang keluar dari mulut Nadya.

Jangan tanya perasaan Nadya sekarang. Tentu tangisnya pecah seketika seperti hatinya begitu melihat Reyhan ada dikala Evan melamarnya.

Meratapi kepergian Reyhan sebenarnya tidak akan merubah apapun. Toh Reyhan sudah menyaksikan semuanya, kepercayaannya pada Nadya jelas sirna.

Evan berhasil menemukan Nadya. Dengan santainya dia menarik tangan Nadya hendak mengajaknya kembali ke pesta pernikahan tadi.

Namun Nadya menepis kasar tangan Evan. "Lepasin. Ini semua gara-gara lu!" Bentaknya.

"Gue benci sama lu Evan! Gue benci!! Pergi lu dari sini! Pergi!!!"

Nadya mendorong Evan dengan kasar. Evan tidak merasakan sakit, hanya saja hatinya seperti tersayat mendengar pernyataan bahwa Nadya membencinya.

~

Reyhan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Masa bodoh dengan keselamatannya. Kalaupun dia harus mengalami kecelakaan saat ini juga tidak apa-apa. Hatinya sudah jauh terluka sejak lama. Rasanya tidak sebanding dengan sakit fisik.

Reyhan sendiri tidak tahu tujuannya sekarang kemana. Yang terpenting dia harus segera menjauh dari bayang-bayang tentang Nadya.

~

Nadya sudah sampai dirumahnya setelah menaiki taksi. Kegelisahannya semakin menjadi-jadi setelah berkali-kali menghubungi Reyhan namun tidak ada jawaban. Bahkan ponsel Reyhan sepertinya mati!

"Angkat Rey! Angkat...," Gumam Nadya seraya menggigit bibir bawahnya.

Tanpa pikir panjang Nadya pergi ke rumah Reyhan. Berharap Reyhan sudah ada dirumahnya dan pulang dengan selamat.

"Assalamualaikum," salamnya.

Wanita paruh baya yang berkerudung itu membukakan pintu untuk Nadya. "Waalaikumsalam,"

"Nadya? Ada ap-" Tanya asih begitu melihat raut wajah Nadya yang khawatir.

"Reyhan udah sampe dirumah belum bunda?" Potong Nadya.

Asih memegang pundak Nadya. "Belum. Bunda pikir Reyhan sama kamu,"

Deg

Dimana Reyhan? Jangan-jangan Reyhan... Kenapa sulit sekali mengusir pikiran-pikiran buruk yang masuk ke dalam otaknya!

~

Reyhan menghentikan mobilnya dipinggir jembatan. Suasananya sangat sepi, cocok untuk menenangkan diri dan meredamkan emosinya.

Reyhan menikmati udara malam yang menusuk tulangnya dan melihat derasnya air sungai yang mengalir di bawah jembatan. Kalau ada setan yang lewat pasti Reyhan akan dibisikkan untuk bunuh diri dengan terjun langsung ke bawah. Tapi sekejam-kejamnya hidup dia tidak akan pernah melakukan hal itu. Apalagi hanya karena soal cinta.

Hampir saja Reyhan lupa, dia belum mengabari rekan kerjanya karena tidak menghadiri acaranya. Reyhan menyalakan ponsel, terdapat banyak notifikasi panggilan dan pesan. Dia membuka chat teratas.

Calon istriku

Reyhan
Kamu baik-baik aja kan?
Kamu dimana?
Tolong jawab Rey
Aku mohon...
Kamu salah paham
Paling ngga kamu baca pesan dari aku Rey, biar aku tau kamu baik-baik aja

Sebuah senyuman palsu terukir di wajahnya. Hatinya sungguh nyeri membaca pesan dari Nadya. Mungkin wanita itu menyesal sekarang, tapi menyesal pun tidak membuat rasa kecewanya berkurang. Kini yang Reyhan butuhkan adalah ketenangan.

Ketika dirinya tengah sibuk menatap layar ponselnya dari sebelah kiri seorang pria melayangkan satu pukulan di wajahnya. Reyhan hampir jatuh. Dia menoleh ke sampingnya. Evan? Apa Evan yang telah memukulnya?

Dasar manusia tidak tahu diri! Sudah berani merebut wanita yang dicintainya dan sekarang tanpa alasan yang jelas dia tiba-tiba memukulnya?

"Apa-apaan maksud lu? Hah?!! Belum puas juga lu ngerebut Nadya dari gue?" Reyhan menyentuh sudut bibirnya yang berdarah.

"Nadya ngga akan benci gue kalo lu ngga dateng dan ngerusak semua rencana gue!" Geram Evan yang semakin mendekati Reyhan.

Evan meraih kerah kemeja Reyhan dan mendorongnya. Tatapannya seolah ingin membunuh pria dihadapannya ini.

Reyhan tak gentar dan bangkit menghadap Evan yang sudah dicapnya sebagai musuh.

"Brengsek!" Umpat Reyhan.

-

Siapa yang ngira di awal tadi beneran diterima?

Fokus ya itu cuman halu nya Evan doang kok. Alias ngga nyata, jantung kalian masih aman kan?

Asik ada adegan berantem!😂
Tunggu part selanjutnya ya
Insyaallah makin seruu

Terimakasih yang sudah membaca
Maaf jika ada kesalahan kata/bahasa
See you👋🏻

I DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang