61. Penyakit

1.6K 275 78
                                    

"Di hari ulang tahunku, aku berharap.  Semoga keinginan kamu yang meminta aku untuk lenyap terkabul. Karna permintaan sahabatku adalah perintah bagiku." Muhammad Sandi Gedi.

***

Hal pertama kali yang Samuel lihat saat sampai di tempat kejadian adalah, berantakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal pertama kali yang Samuel lihat saat sampai di tempat kejadian adalah, berantakan. Pernak-pernik yang dia dan teman-temannya siapkan hancur. Terlebih lagi Samuel mendelik kala melihat kue buatan Gia berserakan di atas rumput tak berbentuk lagi.

Mata Samuel melirik pada manusia yang kini terduduk dengan memangku kado. Sandi sudah kembali bisa menggerakkan tubuhnya saat Gia pergi. Sandi menyesal, sungguh dia menyesal. Dia sendiri kecewa pada dirinya yang tega menyakiti Gia hanya karena kesalahpahaman. Sandi membuka kado. Sebuah syal rajut berwarna kuning kunyit isinya. Sandi tersenyum getir. Dia kembali menangis. Bukankah Sandi sangat lemah? Ya, dia memang lemah. Sandi ingin mengenakan syal dari Gia, tapi sebuah tangan lebih dulu menarik syal itu.

"Setelah lo udah buat dia nangis lo pikir, lo bisa dapet syal yang dibuat susah payah?" bentak Samuel.

"Kenapa lo buat, Gia nangis?" tanya Samuel. Intonasi suaranya selalu saja meninggi. Namun, Sandi masih diam. Dia sendiri tidak punya jawaban.

Samuel yang kesal semakin marah karena Sandi seperti pengecut sebab dia hanya diam mematung. Tanpa aba-aba Samuel melayangkan pukulan ke wajah Sandi. Sandi tersungkur ke tanah. Dia meringis.

Samuel seperti orang kesetanan dia menarik kerah Sandi, menindih pemuda itu dan menghajarnya habis-habisan. Pipi, perut, kepala. Semua Samuel pukul agar Sandi bisa sadar.

Sabrina terpekik melihat Sandi dihajar Samuel. Sabrina menarik Samuel berusaha menjauhkan Samuel dari pacarnya, tapi percuma. Sabrina malah jatuh karena didorong Samuel.

Sabrina memperhatikan wajah Sandi, Sandi sedang sakit. Samuel menghajarnya bisa-bisa Sandi mati karena ulah Samuel. Tidak kehilangan akal, Sabrina bangkit.

"Stop, Samuel! Stop!" teriaknya. Samuel tak menggubris. Yang Samuel inginkan Sandi mati dengan tangannya sendiri.

Sandi terbatuk-batuk, bahkan dia muntah darah. Dadanya sesak. Sandi kehabisan oksigen. Perlahan matanya tertutup. Antara sadar dan tidak, di kala itu yang bisa Sandi lihat hanyalah wajah Gia yang sedih bersimbah air mata karena ulahnya. Dan di saat itu juga Sandi memohon dia berharap di hari ulang tahunnya ini, doanya bisa terkabul. Agar dia cepat pergi dan keinginan Gia bisa terpenuhi. Setelahnya Sandi benar-benar kehilangan kesadaran.

Sabrina melotot, Sandi menutup rapat matanya. Sabrina semakin kuat meneriaki Samuel.

"Stop, Samuel! Sandi lagi sakit!"

Tangan Samuel mengambang di udara. Perkataan Sabrina menghentikannya. Buru-buru Sabrina mendorong Samuel menjauhkan dari Sandi.

Sabrina mendekati Sandi, memangku kepala yang tak lagi berdaya. Sabrina menepuk-nepuk pipi Sandi, dan memanggil nama pemuda itu.

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang