33. Titik Terang

1.8K 259 30
                                    

Sandi merebahkan tubuhnya ke kasur, dia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih, ucapan Wika kembali terngiang-ngiang di telinga Sandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sandi merebahkan tubuhnya ke kasur, dia menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih, ucapan Wika kembali terngiang-ngiang di telinga Sandi.

"Dia bilang, dia satu sekolah sama kamu. Dia cantik, baik lagi."

Ingatan Wika kembali berputar ke beberapa hari lalu, dia senang karena ada gadis itu yang menurutnya baik. Jika Sandi tidak mendapat donor darah secepatnya maka Wika tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada anaknya itu.

"Namanya siapa, Mi?" tanya Sandi. Sandi harap-harap cemas, dirinya belum siap menerima kenyataan kalau nama yang akan Maminya sebutkan sama dengan orang yang mengiriminya pesan.

Bola mata Wika berputar ke atas, Wika sedang mengingat nama gadis itu.

"Kalo gak salah, namanya An--" sedikit sulit mengingatnya bagi Wika, karena kala itu fokusnya hanya pada Sandi, tanpa terlalu menghiraukan nama gadis itu.

"An-Anisa, Anisa gitu kalo gak salah, tapi Mami lupa apa nama lengkapnya," adu Wika.

Benar dugaan Sandi, dia tau betul nama depan wanita itu dan dia tau apa kepanjangan namanya.

"Brengsek lo!" umpat Sandi. Sandi kembali duduk, dia tidak tenang sekarang.

Ponsel Sandi bergetar, satu pesan kembali masuk. Sandi membaca pesan itu, pengirimnya masih sama.

Mantan 19
Kalo lo mau rahasia ini aman, turutin apa pun yang gue minta!
15.47

Dada Sandi naik-turun, ini yang dia khawatirkan, gadis itu pasti akan memanfaatkan kelemahan Sandi. Sandi tidak mau diperalat. Sandi bukan boneka yang akan mau menuruti ucapan gadis yang sekarang sangat buruk bagi Sandi.

Terlihat gadis itu masih mengetik, Sandi menunggu kelanjutan dari pesan sampah itu.

Mantan 19
Tapi kalo lo gak mau, yaudah berarti rahasia ini kebongkar dan orang pertama yang berhak tau itu, parasitnya elo! Gia, kan?
15.48
Ingat, San. Lo bisa selamat karena darah gue, gue tau lo membutuhkan gue, gue juga masih cinta sama lo, kalo lo mau kita bisa balikan.
15.48

Mata Sandi mendelik, benar-benar wanita licik. Jika saja waktu itu Sandi tidak pingsan demi Tuhan dia akan menolak darah darinya.

Sandi tak menggubris, pilihan dengan balikan pada siluman macam dia? Itu bukan pilihan, itu adalah sebuah tindakan bodoh yang tidak akan Sandi lakukan. Sandi masih ingat betul sebab dia putus dengannya, itu karena mulut gadis tersebut yang sudah berbohong tentang Gia, siapa pun yang berbohong dan membawa-bawa tentang sahabatnya Sandi sangat benci.

Ponsel Sandi kembali bergetar. Pegirim pesannya masih sama. Sandi menghela napas panjang, lalu dia mulai membaca.

Mantan 19
Sekali lagi lo ngeread pesan gue, maka gue pastikan hari ini juga gue kasih tau, Gia.
15.49

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang