59. Ulang Tahun

1.4K 256 29
                                    

Gia kembali masuk ke kelas dengan baju olahraga yang kebesaran. Begitu Gia sampai di pintu semua mata memandang dirinya. Untung sekarang sedang berlangsung pergantian les. Dan sepertinya Gia sangat beruntung karena guru Seni yang akan mengajar belum juga masuk, karena guru satu itu memang selalu lambat memulai pelajaran.

Nafan adalah orang pertama yang mengampiri Gia dengan raut penuh tanda tanya.

"Baju lo kenapa ganti? Seragam siapa lagi ini?" Nafan menunjuk baju olahraga.

Gia tidak menjawab, gadis itu memilih beranjak menuju tempat duduknya.

Sandi yang sedari tadi diam seraya membaca buku kini melirik Gia. Memandang pundak dan rambut Gia yang sedikit basah. Sandi ingin bertanya, tapi gengsinya terlalu besar mengalahkan rasa penasarannya. Biarkan saja, maka dari itu Sandi memilih menguping pembicaraan mereka.

"Lo kenapa jawab kek!" desak Nafan.

Gia diam tak menjawab.

"Kok diem?" sela Gunayan.

"Gue gakpapa, tadi kepeleset. Jadi kepala gue jatuh ke bak." begitu santainya dia berkata. Hampir saja Nafan dan Gunayan memukul kepala gadis menyebalkan itu. Seakan paham kekesalan teman-temannya Gia memandang mereka.

"Gue gakpapa, serius."

***

Lima hari berlalu Gia selalu saja nampak akrab dengan Samuel, tanpa dia sadari Sandi selalu memperhatikan semua itu.

"Gi, lo gak apa-apa yang masalah ...?" Samuel tak melanjutkan ucapannya. Seakan paham ke mana arah pembicaraan itu, Gia mengangguk.

"Tapi dia salah, gak seharusnya--"

"Gue gakpapa, Muel. Udahlah." Gia harap Samuel tidak kembali mengungkit masalah tersebut, karena yang tau hanya dia Gia dan Tania.

***

Sesuai rencana kini Gia, Samuel, dan Gunayan sedang berada di taman dekat perumahan Sandi, mereka setuju mengadakan acaranya di dekat rumah Sandi. Tentunya karena usul dari Gia. Nanti malam adalah malam puncaknya. Sandi akan berulang tahun. Dan Gia akan mengungkapkan perasaannya.

Samuel sibuk memanjat sebuah pohon yang lumayan rindang, dia sedang berusaha keras menyangkutkan lampu tumbler berwarna-warni. Tidak mudah bagi Samuel membantu Gia. Bukan karena pekerjaannya yang harus memanjat, tetapi Samuel harus berusaha sekuat tenaga agar hatinya tetap kuat. Samuel tau tidak semua cinta harus memiliki bukan.

"Muel, yang bener dong," teriak Gia dari bawah pohon.

"Ck, iya-iya."

Dua jam berlalu. Semuanya sudah selesai. Gia sudah rapi dengan gaun berwarna kuning polos selutut. Samuel dan Gunayan terus diam dan saling tatap memperhatikan tingkah Gia yang tak henti-hentinya membenarkan lipstik padahal sudah beberapa kali Gia membebarkan lipstik itu.

"Kalo lo terus sibuk sama muka lo yang gak seberapa itu, kapan lo telpon Sandi?" tanya Gunayan mulai jengah.

Gia nyengir dia mengangguk, Gia memasukkan lipstiknya lalu mengambil ponsel. Kegiatan Gia terhenti karena seseorang lebih dulu datang.

"Ada yang bisa gue bantu?" selanya.

Pupil Gia membola tak percaya, Nafan datang. Pemuda itu sebelumnya sudah menolak bukan, tapi kenapa malah datang?

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang