52. Samuel Kesal

1.3K 247 32
                                    

Tepat pada pukul dua belas siang, acara perkemahan telah usai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat pada pukul dua belas siang, acara perkemahan telah usai. Kini para murid dan Panitia berhamburan pulang ke rumah masing-masing. Langit tampak mendung sepertinya sebentar lagi akan turun hujan lebat.

Samuel menarik Gia dengan ransel besarnya, ke parkiran. Untuk apa? Tentu saja untuk pulang.

"Ayo gue anter, ntar lo kek kemarin lagi. Ceroboh banget jadi human."

"Lo iklas gak nawarin gue pulang?" Gia menyentak tangannya dan pegangan Samuel terlepas.

Samuel memutar bola matanya. Pemuda itu memakai helm terlebih dahulu dan naik ke motornya.

"Gue iklas lahir batin, dunia nyata dan dunia gaib. Udah buruan lama bener dah perasaan," dumel Samuel mulai jengah dengan tingkah Gia.

Gia menurut, dia naik. Lalu berkata.

"Gue gak mau pulang dulu," ucapnya.

Dahi Samuel berkerut. Dia melihat Gia dari kaca spion.

"Terus?"

"Ke rumah Sandi, ya. Gue mau nemuin dia dulu." Gia girang sekali, jelas saja. Siapa yang akan dia temui? Sandi! Sahabat sayangnya itu.

Panas, gerah. Samuel merasa suasana mendung malah terasa panas, bahkan panasnya luar dalam. Pemuda itu membuka helmnya dengan kasar. Jika saja dia ada di film-film maka asap akan keluar dari telinganya.

"Kenapa?"

Samuel diam, benar. Kenapa? Kenapa dia harus begitu? Oh, ayolah. Ada apa dengannya. Samuel merasa ini bukan dirinya. Akhir-akhir ini karena kedekatannya dengan Gia membuat dirinya sering merasa terusik kalau Gia tiba-tiba membawa-bawa Sandi dalam pembicaraan mereka, terlebih lagi Samuel tau Gia menyukai Sandi. Rasanya sungguh Samuel ingin memukul wajah Gia dan berteriak bilang kalau Gia adalah gadis bodoh!

Samuel menarik napas lalu menghembuskan nya perlahan. Matanya dia tutup rapat-rapat.  Berusaha meredam rasa aneh dalam dirinya yang sangat menganggu batin dan jiwanya. Tanpa dia sadari tingkahnya itu diperhatikan oleh Gia.

"Lo mau lahiran?" ucapan Gia membuat mata Smauel terbuka.

"Iya lahirin anak cacing, pegangan yang kuat, jangan salahin gue kalo lo jatoh terus geger otak teros gak inget lagi sama si Sandi itu. Gue harap begitu," sungut Samuel.

"Lo pegang nih!" Samuel memberikan helmnya pada Gia, gadis itu menerimanya, dan Gia menganggap ucapan Samuel tadi hanya candaan Samuel saja, ya. Gia sedikit mulai nyaman berada di dekat pemuda pemarah itu, tapi harus Gia akui. Samuel lelaki yang bertanggung jawab dan besar rasa peduli. Itu yang membuatnya nyaman berada di dekatnya. Gia tersenyum-senyum memikirkan itu.

Samuel mulai menjalakan motornya.  Samuel mencuri-curi pandang pada Gia, melihat bibirnya terangkat. Samuel kembali berpikir buruk dan mengira Gia sedang bahagia kalau gadis itu akan bertemu dengan Sandi.

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang