Extra Part+Spoiler Story Samuel

2.9K 327 29
                                    

Hari Senin adalah hari di mana semua siswa angkatan kelas X pindah ke lantai dua, karena mereka sudah menjalani berbagai ujian dan tentu saja mereka mendapat nilai yang sesuai dengan kemampuan. Di kelas barunya Gia kembali memutuskan untuk sebangku dengan Sandi. Dan pemuda itu tentu mau tanpa perlu banyak protes.

Setelah kejadian-kejadian buruk dalam hidupnya Gia kini sudah banyak berubah, dia bukan gadis yang malas dan manja lagi, ya. Walau kadang sifat malas dan manjanya masih sering dia perlihatkan pada keluarganya dan juga Sandi.

Ngomong-ngomong soal Sandi, dia sudah sembuh. Dibantu beberapa fisioterapi, Sandi sudah memutuskan dia tidak akan bebal lagi jika Dokter menyarankan. Maka dari itu kini dia sudah bisa kembali berjalan.

Semua orang sudah tahu Sandi sudah sembuh, tetapi mengapa hari ini dia tidak datang ke sekolah, hal itu membuat Gia bertanya-tanya. Kemarin juga Sandi tidak ada kabar. Jangan sampai hal buruk yang sama kembali menimpah Sandi.

Gia ingin pulang saja rasanya, tapi bagaimana mungkin dia pulang. Dia harus menunggu sampai siang nanti baru boleh pulang.

Sedangkan di kelas ujung ada Samuel dengan segala kegalauannya, dia sedang berdiri di luar kelas. Sudah lima bulan dia berusaha melupakan Gia, tapi Samuel tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Kalau dalam hati kecilnya dia masih sangat mengharapkan, Gia bisa sedikit saja membalas rasanya. Samuel tersenyum hambar, dia memukul kepalanya sendiri merasa bodoh karena masih saja memikirkan orang yang hanya menganggapnya teman.

Samuel terkesiap, tiba-tiba saja ada suara teriakan gadis dari ujung koridor dekat kamar mandi, buru-buru dia berlari ke sana. Samuel celingak-celinguk mencari sumbernya, sampai suara orang membentak menjadi perhatiannya.

"Kan, udah gue bilang jangan ambil. Kenapa lo ambil?" bentak seorang gadis yang tampak cantik dengan bando di kepalanya.

"Maaf, Sil. Tapi nenek sendiri yang maksa." Gadis berkucir satu yang rambutnya sedang dijambak itu berusaha menahan tangisannya.

Samuel masuk dia menatap dua gadis di depannya.

"Ada apa ini?"

Pukul setengah tiga siang, waktunya kembali pulang. Bukannya pulang ke rumah Gia malah datang ke rumah Sandi. Dia mengetuk pintu dengan tidak sabaran. Hingga Wika keluar, Wika menangis. Gia panik.

"Tante kenapa?"

"Sandi di rumah sakit, Gi."

"Apa?!"

Apa lagi yang lebih buruk selain kabar itu, sekarang Gia dan Wika menuju rumah sakit. Gia sangat gelisah, dia takut Sandi kembali lumpuh, atau yang lebih parah Sandi kembali hilang dari hidupnya. Tidak-tidak, Gia menggeleng cepat. Apa yang dia pikirkan dasar konyol.

"Emmm, Kak."

"Nama gue Samuel, kalo manggil, ya. Abang aja. Ngapain Kakak, emang gue cewek? Lo gak liat kaki gue gak rapet kalo jalan? Itu tandanya gue jantan." Samuel terus mendumel. Setelah insiden di kamar mandi tadi. Entah mengapa anak baru yang Samuel yakini kelas X itu senang sekali mencuri-curi pandang dengannya hingga saat di parkiran gadis kecil itu berani memanggilnya.

Dia menyengir lalu menggaruk pipinya yang tiba-tiba gatal.

"Gue bole--"

"Nggak boleh!" ketus Samuel. Lalu dia pergi tanpa mempedulikan gadis yang kini memandangnya cengoh.

"Galak banget," monolognya.

***

Dua wanita masuk ke dalam rumah sakit, saat sudah hampir sampai di ruang rawat Sandi, Wika berhenti dia tidak mengikuti Gia. Wika mengambil ponselnya dia menghubungi seseorang.

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang