28. Tolol atau Gak Modal?

2.1K 323 3
                                    

Sore kini sudah menjelang malam, berjan-jam sudah berlalu semenjak kepulangan Sandi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sore kini sudah menjelang malam, berjan-jam sudah berlalu semenjak kepulangan Sandi. Sehabis dari Bandara tadi Sandi dan Wika langsung pulang.

Dan di kamarnya Gia masih menunggu Sandi. Dengan perasaan kesal pasalnya Sandi tak membawakan dia oleh-oleh apa pun.

Ketukan dari luar membuat Gia tersadar, terdengar suara Bundanya yang memanggil-manggilnya dari luar sana. Gia bangkit dan membukakan pintu untuk Dewi.

Dewi membawa nampan yang berisi susu coklat dengan sepiring nasi goreng ditaburi sosis, seperti biasa kesukaan Gia. Gia menatap minat pada nasi gorengnya, tapi otaknya menolak untuk mengambil.

Dahi Dewi berkerut, ada apa lagi ini?

"Kamu kenapa lagi?"

Gia menggeleng.

Dewi menghela napasnya pelan.

"Masih kesel sama Sandi?" tanya Dewi, tepat sasaran.

Tapi, Gia malah menggeleng. Dia hanya tak ingin terlihat sangat mengharapkan kehadiran Sandi pada saat ini. Padahal dalam lubuk hatinya Dia sangat ingin Sandi datang.

Dewi mengerti dia harus apa.

"Bunda suruh Sandi ke sini, ya?"

Gia mengulum senyumnya, kenapa tidak dari tadi, sih?

"Yaudah kalo Bunda, maksa," ucap Gia sok cuek-cuek.

Dewi melenggang keluar kamar. Gia langsung tersenyum saat Bundanya sudah pergi. Karena kesenangan Gia melompat sambil berteriak, sebab terlalu bersemangat Gia sampai lupa untuk jijak ke tanah, eh. Enggak deng.

Saat kakinya sudah menapak di lantai, kakinya terpeletok. Karena tak bisa menahan bobot tubuh. Tubuh Gia terhempas ke lantai. Dia terduduk. Gia diam sejenak dengan mata yang membola, matanya berkaca-kaca. Hidungnya memerah, lalu ...

"AHKKK, SAKIT," teriak Gia.

Arya yang kebetulan melewati kamar Gia, terkejut. Buru-buru dia masuk dan cercengag melihat kondisi anaknya, lalu Arya tertawa ngakak, melihat Gia yang sudah terduduk mengenaskan di lantai. Gia mendelik melihat itu. Papinya benar-benar kelewatan.

Gia meringis dia berusaha berdiri tapi nyeri di pergelangan kakinya makin menjadi. Arya berdehem pelan, dia berusaha menghilangkan rasa geli yang menggerogoti darinya.

"Sini Papi, bantu!" Arya memegang ke-dua pundak Gia, dan membantunya kembali duduk di atas kasur. Saat bokong Gia sudah terduduk di kasur Gia langsung menepis tangan Papinya dengan kesal.

"Gak usah, Gigi bisa sendiri!" ketus Gia.

Arya mengulum senyumnya, sungguh Gia sangat menggemaskan saat sedang kesal.

"Kamu lain, ya. Kesalnya sama Sandi, kok semua orang di rumah ini kamu diemin?" Arya menoel-noel pipi Gia.

Buru-buru Gia membuang wajah. Bersedekap dada.

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang