45. Double Kill

1.3K 239 42
                                    

"Satu-satu gue pegang sapu, dua-dua gue mulai nyapu, tiga-tiga enggak siap-siap, satu, dua, tiga, gue ketiduran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Satu-satu gue pegang sapu, dua-dua gue mulai nyapu, tiga-tiga enggak siap-siap, satu, dua, tiga, gue ketiduran." Gia bernyanyi dengan kencang di teras rumahnya, katanya dia sedang mencari angin.

"Gi." Arya menghampiri Gia, karena terganggu oleh suara cempreng anaknya, wajah Arya ditekuk.

"Iya, Pi?"

"Kamu lagi gabut, ya?"

"Wah, kok tua," ucap Gia berlagak terkejut dengan menutup mulutnya.

Arya mendelik, 'kok tua?' kata Gia, jelas saja dia sudah tua, Arya, kan. Sudah kepala empat. Jika bukan anak maka sudah pasti Arya akan membuat kepala Gia botak.

"Jangan kurang ajar, ya. Gi, nanti kalo Papi yang gantian gabut, Papi keluarin kamu dari KK!" tegas Arya, dia berkacak pinggang.

Gia langsung melotot dia berdiri.

"Papi tega?" tanya Gia mendrama.

"Iya, kenapa gak senang kamu?" sungut Arya.

Gia memegangi dadanya matanya melotot wajah dibuat sedih.

"Sungguh kau, Ayah yang kejam," ucap Gia bernada.

"Gi mungkin dulu Papi, salah gaya kali, ya. Pas buat kamu mangkanya yang keluar modelan kipas rusak macam kamu, ck." Arya geleng-geleng kepala.

"Mulutnya, Pi!" tegur Dewi.

"Kamu lagi ngapain, Gi?" tanya Dewi, dia melihat penampilan Gia yang lumayan rapi dengan tas selempang berwarna kuning di atas meja.

"Mau belanja, Bun. Sama Sandi, tapi gak dateng-dateng dia. Padahal udah janji," adu Gia. Sesekali Gia menoleh pada jalanan.

"Telpon ajalah."

"Hp Sandi kejebur di toilet, Bun. Jadi mati." Gia kembali mengingat kejadian menjengkelkan itu lagi, Gia jadi mendengus.

"Yaudah tunggu aja, pasti nanti dateng. Sandi mana pernah ingkar janji sama kamu." Dewi meyakinkan Gia, Dewi juga yakin kalau Sandi adalah pemuda baik yang tidak pernah ingkar janji pada anaknya, ya. Setidaknya sejauh ini itulah yang dapat Dewi gambarkan tentang Sandi.

"Masuk yuk, Bun!" ajak Arya.

Dewi mengangguk, orang tua Gia kembali masuk ke rumah, dan Gia masih setia menunggu di teras.

"Sandi dateng gak, sih?" monolog Gia.

Gia menajamkan telinganya, ada suara nyamuk yang mulai mendekat. Semakin jelas. Dan seekor nyamuk hinggap di tangan Gia. Mata Gia melotot.

"Wah, gak sopan lo! Ngajak gelud lo, ya? Gue santet mati lo makhluk kecil belang-belang, pasti lo nyamuk aidese," desis Gia, dia menatap garang nyamuk yang masih menghisap darahnya.

Tangan kiri Gia terangkat, siap menepuk nyamuk, semakin dekat, dekat, dan....

Plak!

"Adoh, tangan gue patah," jerit Gia. Matanya terpejam, lalu perlahan dia membuka mata. Dan mendapati nyamuk sudah penyet di lengannya.

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang