10. Hilangnya Gia

2.9K 357 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ekskul Pramuka telah usai, tepat pada pukul setengah enam sore. Dan itu pun diakhiri dengan doa. Di bawah tiang bendera yang berdiri tinggi terlihat Gia sedang duduk sambil bertopang dagu, keadaannya sangat kucel, dia seperti anak-anak yang baru saja bermain di luar rumah, baju Pramuka penuh dengan keringat, cincin kacu yang terbuat dari rotan itu pun sudah menurun, kucir 1 nya pun ikut berantakan. Wajahnya sangat lusuh, Gia sedang menunggu Sandi yang katanya ada urusan entah ke mana.

Tapi sialnya tiba-tiba Gia merasa sesuatu yang tak enak dari perutnya, dia kebelet mau buang air, Gia terus memegangi selangkangannya sambil mengapit kedua telapaknya.

"Ih ... Sandi mana sih? Gue kebelet nih," keluh Gia sambil celingak-celinguk memperhatikan sekitar mencari keberadaan temannya itu, tetapi tetap saja Sandi tak dapat ditangkap oleh matanya. Gia menghentak-hentakkan kakinya pelan, berusaha kuat menahan sesak ingin buang air.

Hari semakin gelap, dan sekolah semakin sepi, semua yang mengikuti ekskul sudah berhamburan pulang, hanya tinggal beberapa Senior yang masih berkeliaran di lapangan. Cukup! Gia tak sanggup, jika ia tak buru-buru ke toilet maka ia akan ngompol di sana. Dengan gesit Gia berlari menuju wc yang ada di lantai dasar. Namun, sayang air di sana sudah habis, Gia mana bisa buang air tanpa air. Eh? Gimana tuh? Skip!

Terpaksa Gia harus ke wc di lantai dua atau tiga, sebenarnya Gia tidak berani mengingat kalau hari sudah menjelang senja dan pasti di lantai atas sudah tidak ada manusia. Oh ... tapi lagi, lagi dan lagi sesak ingin membuang air semakin mendera. Gia menggeleng sekejap, membuang rasa takut dalam dirinya, dengan tergesah Gia naik ke lantai dua.

"Gia?" Sandi celingak-celinguk mencari Gia di tempat awal ia menginggalkannya tadi, tapi kosong, Gia tak lagi di sana. Dahi Sandi berkerut matanya menenelisik seluruh lapangan yang tak terlalu luas itu. Ke mana perginya wanita itu?

"Sandi," panggil Sabrina, dia menghampiri Sandi dengan senyum yang merekah.

Sandi hanya menoleh sekali, saat tau siapa yang memanggil Sandi pun kembali buang wajah, dan masih berusaha menerka-nerka di mana Gia berada.

"Kamu nyari Gia?" Sabrina menelengkan kepalanya ingin melihat ekspresi Sang pacar.

Sandi mengangguk. Sabrina menatap Sandi malas, pasti selalu Gia, Gia dan Gia tak pernah, kah. Sandi berpikir tentang Sabrina, sekali saja? Ya... Nggak dong.

"Udah pulang dia." Sabrina kembali bersuara.

Sandi berbalik menatap Sabrina.

"Darimana lo tau?" alis Sandi naik satu.

"Gue liat sendiri kok tadi."

"Masa sih?" ucap Sandi tak yakin.

"Iya." Sabrina mengangguk.

"Anterin aku pulang dong, San." Sabrina kini beralih mengelayuti lengan Sandi dengan manja. Sandi tetap diam, dia sedang berusaha menyakinkan dirinya kalau Gia memang benar-benar sudah pulang. Setelah puas bergelut dengan pikirannya sendiri akhirnya Sandi mengangguk dan mereka menuju parkiran.

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang