50. Malam Pertunjukan

1.4K 277 34
                                    

"Lo stres?" Samuel mengamuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo stres?" Samuel mengamuk. Dia terus menceramahi Gia. Karena keteledorannya hampir saja nyawanya melayang, tapi kenapa Samuel peduli?

"Gue gak sadar." Gia menunduk.

Langkah lebar Samuel membuatnya semakin dekat dengan gadis gila yang asik berjongkok di jalanan dengan mobil fuso melaju kencang ke arahnya.

Dengan sekali tarikan Samuel membawa Gia ke pinggir jalan. Napasnya memburu, Gia tersadar dia langsung melepas aerphonenya.

BRAK!

Mobil fuso yang oleng tadi menabrak tiang listrik beberapa meter dari tempat Gia dan Samuel berada. Asap mengepul dari atasnya, benar dugaan Samuel, supirnya sedang mengantuk. Begitu bahayanya membawa kendaraan sangat sedang mengantuk.

"Lo gakpapa?" Samuel menyentuh pundak Gia. Gia masih shock dia masih belum bisa mencerna apa yang baru saja terjadi, maut hampir saja merenggut nyawanya.

Dada Gia naik-turun. Matanya berkaca-kaca. Samuel benar-benar takut, takut terjadi sesuatu kalau saja dia terlambat. Tanpa bisa dia tahan. Samuel menarik Gia ke dalam dekapannya. Menenangkan gadis itu. Samuel dapat merasakan tubuh Gia bergetar hebat.

"Gu-gue hampir mati?" bisik Gia. Matanya tidak tenang. Perasaanya campur aduk.

"Enggak, nggak mungkin gue biarin itu terjadi. Lo baik-baik aja, semuanya baik-baik aja." Samuel mengeluarkan kata-kata itu dengan penuh keyakinan. Dia refleks.

"Gi, jantung Bunda mau copot tau gak?" Dewi ikut memarahi Gia. Sekarang mereka sedang berada di UKS, memang Gia tidak terluka Samuel pun sama, hanya saja jika mereka tetap di jalanan pasti akan banyak yang mengerumi mereka. Jadi Samuel, Gia, dan Dewi di dalam UKS bersama Pembina dan beberapa Panitia menemani mereka. Rafael juga ada di sana.

"Maaf, Bun. Gigi juga gak sadar."

"Ya, Allah. Gi, kamu ini anak Bunda satu-satunya, jangan bikin Bunda khawatir, Bunda gak mau kamu kenapa-kenapa." Dewi memeluk anaknya dengan erat, air matanya terus berkeluaran. Gia memang tidak terluka, tapi rasa terkejutnya masih ada.

"Kalau Papi, kamu tau. Pasti dia bakal nyuruh kamu pulang sekarang," bisik Dewi.

Gia menggeleng.

"Jangan kasih tau Papi, Bun. Nanti kalo Gigi, udah pulang baru kita bicarakan." Gia memelas, menghapus air mata Bundanya.

Dewi menatap Gia garang.

"Kamu janji dulu semuanya akan baik-baik aja!"

"Janji!"

"Maaf, Bun."

"Gigi." dua orang pria berseragam pramuka menerobos masuk. Mendengar kabar kalau teman mereka yang gila hampir saja tertabrak membuat mereka tidak tenang. Ya, mereka adalah Gunanya dan Nafan.

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang