3.Aktivitas di Sekolah

5K 534 14
                                    

Hari ini adalah hari Rabu, dan pada les terakhir adalah mapel Pjok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari Rabu, dan pada les terakhir adalah mapel Pjok. Tentu saja jam pelajaran ini adalah kesenangannya bagi semua murid. Pelajaran Pjok bagai hiburan setelah lelah materi pelajaran.


Sebelum memulai pelajaran, semua murid kelas X-IPA-1 harus berjalan kaki, kurang lebih 100 meter untuk menuju lapangan futsal. Kenapa? Karena lapangan sekolah mereka tidak cukup luas untuk menampung mereka. Kelas yang lain juga ada yang mendapat les Pjok pada hari yang sama. Dan kelas lain itu sudah lebih dulu memadati lapangan yang luasnya tak seberapa itu.

Mereka kelas X-IPA-1 beriringan berjalan ke lapangan futsal, lapangan futsal itu bernama 'Abdina' sering disewa untuk bermain futsal oleh umum. Dan sekarang sekolah SMA Tunas Kelapa pun menyewa lapangan itu. Hanya untuk dua les saja, dan uangnya dari murid-murid yang akan memakai lapangan tersebut. Setiap murid harus rela mengeluarkan uang 2.000 untuk bisa melancarkan kegiatan belajar mereka.

Di kelas X-IPA-1, Gia yang notabenya adalah murid malas, sekarang tengah mengeluarkan kepalanya ke luar jendela. Ia sedang melihat kegiatan di luar sana. Gia sudah memakai seragam olahraga khas SMA Tunas Kelapa. Baju penjas yang didominasi dengan warna kuning kesukaan Gia.

Para pria sedang berganti baju di dalam kelas, dan hanya Gia satu-satunya wanita yang masih setia di kelas menunggu Sandi berganti baju. Tadi Sandi sudah mengatakan padanya untuk duluan saja, tapi bukan Gia namanya kalau tidak bisa menolak perintah Sandi.

"Gi lo keluarlah oy!" usir Sahrul. Teman sekelas Gia, Sahrul adalah pria yang paling tinggi di kelasnya.

"Gak mau," tolak Gia, dia tidak beranjak dari tempatnya. Kepalanya dia gantungkan dengan posisi miring di jendela tubuhnya sedang sangat malas hanya untuk menengakkan kepala.

"Ntar gue gak suci lagi dong, kalo diintipin sama lo." Nafan ikut menimpali, dia mulai mengeluarkan serangam olahraganya.

"Gue gak berminat buat gintipin lo, barang lo pasti gak bagus!" suara Gia bagaikan sambaran petir untuk Nafan, sontak saja setelah Gia berujar begitu tangan Nafan berhenti di udara.

Sandi menahan tawanya, dia menutup mulutnya dengan satu tangan.

Nafan diam, dia sudah tidak bisa berkutik lagi. Mulut Gia sangat frontal sepertinya mulutnya kurang asuapan kata-kata mutiara.

"Lo gak takut, kita apa-apaain?" timpal Gunayan, selaku ketua kelas di X-IPA-1 dia sering menyebut kalau dirinya adalah ketua kelas yang mengayomi. Sepertinya 'mati satu tumbuh satu' adalah kata yang tepat untuk Gunayan ini. Oke Gunayan sepertinya mau juga dibuat kicep oleh Gia. Tak masalah akan Gia ladeni kalo gitu.

Gia menegakkan kepalanya, dahi Gia berkerut lalu Gia berbalik menghadap para lelaki di kelasnya sambil bersedekap dada.

"Emang lo berani?" tanya Gia menantang. "Gue yakin kalo punya lo kecil!" desis Gia lagi, matanya tertuju pada tubuh bagian bawah Gunayan.

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang