35. Merenggang

1.7K 259 28
                                    

"Gue mau Sabrina jadi pacar gue, apa lo mau?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gue mau Sabrina jadi pacar gue, apa lo mau?"

Suara itu membuat langkah ke-dua kaki kurus itu terhenti. Menerobos kerumunan, sampai pada pusat masalah. Matanya membesar merasa tak yakin pada apa yang dilihatnya.

"Sandi?" panggilan dari bibir mungil itu membuat jantung Sandi terpacu cepat. Kepalanya tak kuat walau hanya sekedar menoleh. Rasa bersalah terlalu besar menutupi mata. Sandi merasa sangat berdosa karena tidak membicarakan kembalinya hubungan dia dan Sabrina.

Sabrina melihatnya, sangat jelas terlihat dia tak menyukai Gia. Mungkin rahasia Sandi bisa membuat dia melengserkan kedudukan Gia dari tahta terbesar di perhatian Sandi.

"Sandi?" lagi Gia memanggilnya, ego Gia merasa tersentil. Dua kali dia memanggil tapi Sandi tak sedikit pun mau menoleh.

Mengambil tindakan, Gia menerobos di antara Sandi dan Sabrina, mungkin pendengaran Sandi terganggu hingga Gia tak dia hiraukan. Maka menabrak bahunya akan membuatnya sadar.

Sandi tesentak, kepalanya masih saja tertunduk. Jelas dia sangat malu. Hatinya meneriaki nama sahabatnya itu, Sandi yakin pasti Gia marah padanya.

***

"Gunayan, gue liat catatan lo boleh?" Gia bertanya. Menganggu lamunan Gunayan.

Dahi Gunayan berkerut.

"Tumben?"

"Iya, mulai sekarang gue gak mau bergantung sama orang lain."

Gunayan jengah, pasti pertengkaran lagi. Mempersingkat waktu, Gunayan mengangguk dia memberikan buku catatannya pada Gia dengan cuma-cuma.

Gia mengambilnya, membuka lembar terakhir, lalu sedikit mundur ke belakang. Rupanya catatan Ekonomi kali ini lumayan banyak, ada enam lembar pada buku Gunayan, Gia sangat yakin kalau dia tidak akan bisa menyelesaikannya seorang diri.

Gia menggeleng, apa pun yang terjadi kali ini dia harus bisa. Buru-buru Gia mengeluarkan buku tulis Ekonomi dan pulpennya, mulai menulis dengan gesit, mau sekeras apapun Gia berusaha tidak akan bisa.

Karena bel masuk sudah memenuhi seantero Tunas Kelapa. Bersamaan dengan itu pemuda tampan masuk dengan tas hitam yang bertengger di pundak kirinya.

Sandi menuju mejanya, tidak ada akses untuknya masuk, karena tempat duduknya di ujung, Gia pun tidak mau bergeser, terpaksa Sandi melompati meja.

Kepalanya menoleh, melihat usaha Gia yang sia-sia. Karena Bu Yuni sudah masuk dengan buku absen di tangannya. Bu Yuni menyapa para murid. Setelah mengabsen guru itu menagih catatan yang dia tugas, kan. Pada mereka semua.

"Kumpul catatan kalian!" perintah itu menghentikan tangan Gia. Dia menghela napas pelan, Gia menutup buku Gunayan dan mengembalikan buku itu.

"Udah siap?" tanya Gunayan.

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang