24. Berkembang-kembang

2.1K 346 42
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa comentnya, yaw!

***

Tujuh jam berlalu setelah Sandi pergi, dan selama itu pula la, Gia terus menatapi ponselnya yang katanya 'kentang' itu dengan pandangan penuh harap agar segera tertera nama 'My babu is hero, roro' tolong kepada para pembaca jangan salpok sama namanya, maklum aja Gia emang suka gitu, gak jelas! Oke skip!

Gia yang tadinya duduk di kasur dengan bersilah merasa jengah dengan penantian yang tak pasti menunggu Sandi. Gia menghela napas, dia lelah terus duduk dan memandangi ponselnya dengan mata yang sayu itu.

"Gi, ada temen kamu di depan," ucap Dewi, Bundanya itu menjumbulkan kepalanya ke dalam kamar Gia.

Gia menoleh dahinya berkerut, teman? Siapa temannya yang mau repot-repot datang ke rumahnya.

"Siapa, Bun?"

"Bunda gak tau, soalnya Bunda gak pernah tau kamu punya temen selain Sandi, Gun dan Fan," balas Dewi sambil mengingat nama teman anaknya yang kadang mau datang ke rumahnya.

Gia mengidikkan bahunya cuek, dia pun berbaring.

"Kalo gitu pasti bukan temen Gigi, soalnya Gigi gak punya temen selain Tigo Daro itu."

Dewi menghela napas.

"Temuin dulu, Gi. Dia cewek loh." ucapan Dewi sukses membuat Gia langsung terduduk lagi dengan wajah tak yakin.

"Serius Bunda?" tanya Gia.

Dewi mengangguk.

Gia menyipitkan matanya menatap curiga pada Sang Bunda.

"Coba Bunda diem, terus liatin wajah Gigi, kalo Bunda ketawak berarti boong," tantang Gia. Dia bangkit dan mendekati Dewi.

Dewi bertolak pinggang, memasukkan seluruh tubuhnya ke dalam kamar Sang Anak.

"Gimana Bunda gak ketawa, muka kamu kayak badut, Nak. Sedikit kemungkinan Bunda gak bakal ngakak, Bunda sendiri bingung kok bisa kamu keluar dari rahim Bunda. Atau kamu adalah embrio yang ketuker?" tanya Dewi dengan wajah jenaka.

Gia mendelik.

"Hilang Sandi, terbitla Dewi." Gia keluar ingin menemui siapa tamunya.

Dewi terkekeh melihat wajah masam Gia.

***

Gia melangkah dengan girang menuju pintu yang terbuka. Namun, kakinya terhenti saat melihat di luar sana ada seorang wanita yang sedang membelakanginya, sepertinya Gia kenal fostur tubuh itu. Gia diam sejenak, dia sedang berpikir keras dengan otak semapainya. Saat ingat siapa orang di sana Gia langsung balik kanan naik jalan, naik ke atas tangga maksudnya.

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang