44. Pesikampret

1.5K 260 51
                                    

"Panas banget ih," keluh Gia entah untuk yang keberapa kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Panas banget ih," keluh Gia entah untuk yang keberapa kalinya.

"Sabar." Sandi menyeka keringat Gia yang menetes sampai ke pipi.

"Dari tadi lo bilangnya gitu mulu," ketusnya.

Gia mengipas-ngipas wajahnya menggunakan ke dua telapaknya dengan perasaan kesal. Mereka sedang menunggu Pembina datang dan memberi arahan.

"Jadi kamu maunya gimana, hmm?" tanya Sandi lembut, tidak seperti biasanya. Tangannya masih sibuk menyeka keringat Gia.

Tangan Gia terhenti di udara, dia mengerjap apa pendengarannya tidak salah? Sandi bilang apa tadi? 'Kamu?' benar, kah?

Ah, suasana yang terik ini semakin panas karena kata-kata Sandi. Gia tau Sandi memang pandai merayu gadis-gadis mangkanya dia memiliki banyak mantan, tapi Sandi tidak pernah merayunya selama ini.

"San, lo gak lagi kesurupan, kan?"

"Emangnya kenapa?" tanya Sandi tidak paham.

"Kenapa tadi pake 'aku-kamu' segala?" Gia bertanya dengan hati-hati.

Sandi tersenyum kecil, sangat tampan dengan sinar matahari yang sedang menyorotnya.

"Apa gue harus kesurupan dulu baru bisa pake 'aku-kamu' sama lo?" alisnya naik-turun.

Gia jadi salah tingkah, ah sial! Mengapa jadi begini.

"San, jangan berusaha ngengoda gue, ya!" peringat Gia.

"Enggak, kamu tenang aja."

"Sandi, ih!" Gia membuang muka. Dia tidak bisa menahan senyumnya yang memaksa untuk terbit di ke dua sudut bibirnya.

Sandi terkekeh, tangan yang tadi menyeka keringat Gia, kini beralih mengacak rambutnya. Sandi sangat gemas pada gadis pemalas yang suka mengeluh itu. Sandi jelas tau kenapa Gia mengeluh, Gia tipekal gadis yang tidak suka berkeringat, karena itu dia lebih suka diam dan berada di tempat dingin.

"Selamat siang, Adik-adik," sapa Pembina. Pria gagah yang diketahui salah satu guru SMA Tunas Kelapa sebagai guru mapel Matematika Minat, kini berdiri di atas podium dengan memakai seragam Pramuka lengkap dengan atribut yang sudah melekat.

Semua menjawab 'selamat siang' serempak kecuali Gia, dia malas.

"Apa panas?" lihatlah, Pembina bertanya dengan polosnya 'apa panas?'

Gia jengah, jelas saja panas mereka sudah dijemur seperti ikan asin kurang lebih sudah 20 menit mereka dipanas-panaskan.

"Dingin, kan?" sambung Pembina. Dia tersenyum pada semua anggota.

Para Senior dan anggota Pramuka, atau biasa disebut di SMA Tunas Kelapa Dewan Ambalan, kini mereka berbaris rapi di belakang Pembina dengan posisi istirahat di tempat. Berjejer rapi dengan baju kebanggaan mereka masing-masing. Ada juga yang berdiri di antara barisan guna mengamankan jika ada murid yang berisik.

Malas atau Manja [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang