04. New Life

228 43 22
                                    

"Ini emang takdir atau cuma kebetulan aja sih?"

] WHY NOT? [

Nayeon menuruni anak tangga rumah keluarga Raiden dengan sangat tergesa-gesa. Panggilan Seokjin dengan intonasi tinggi itu sungguh membuat Nayeon kesal setengah mati karena acara ia jadi sampai tidak merapikan rambutnya yang kini sangat berantakan tidak tersisir.

Ya emang sih ini salahnya karena kemarin bukannya tidur awal, malah begadang demi video call sama Momo sampai jam 12 an. Alhasil pagi ini ia tidak terlambat bangun kalo gak dibangunin sama mama Sania dan teriakan merdua dari Seokjin.

"Ish! iya-iya. Sabar dong!" Nayeon terus menuruni anak tangga dengan membawa 2 buah sepatu hitamnya dengan list putih.

"Salah lo ya karena telat bangun. Jadi jangan marah kalo gue omelin." Seokjin menaruh handphone nya ke dalam saku jaketnya dan berdiri.

Sania sedang duduk diruang keluarga hanya untuk menunggu Nayeon untuk berangkat bersama Seokjin dihari pertama ia masuk ke sekolah barunya. Kalo kalian tanya Jeno juga akan bareng atau engga, jawabannya adalah engga. Walaupun satu sekolah dan tinggal serumah, Seokjin dan Jeno gak pernah berangkat bareng. Alasannya karena sehabis pulang sekolah mereka memiliki tujuan yang berbeda.

Nayeon mendengus sebal. Ia juga harus merelakan untuk tidak sarapan, padahal ia punya riwayat sakit maag. Pokoknya kalo ada apa-apa disekolah nanti, orang pertama yang akan Nayeon salahin adalah abangnya, Seokjin!

"Yaudah ayo!" ketus Nayeon saat melihat Seokjin hanya berdiri memperhatikan penampilannya yang tidak terlihat seperti seorang pelajar.

"Yakin lo ke sekolah dengan penampilan kayak gitu?"

"Duh ribet. Gara-gara abang juga kan, Nay kayak gini? belum sisiran, belum bedakan."

Seokjin terkekeh pelan, setelah itu beralih menyambut tas punggungnya. 

"Yaudah gak usah bedakan. Natural lebih baik." Nayeon mencibir mendengarnya.

"Ma, Seokjin berangkat dulu ya." Seokjin mencium punggung tangan Aldi dan Sania secara bergantian. Dan dilanjut dengan Nayeon yang mengekor dibelakang tubuh jakung Seokjin.

"Hatu-hati ya Jin kamu bonceng Nayeonnya. Jangan ngebut!" Sania memberi peringatan karena seolah ia tau kebiasaan putra sulungnya itu yang suka kebut-kebutan.

Seokjin menyengir dan mengangkat jempolnya ke udara. "Iya ma. Tergantung sikon."

Sementara Sania, ia langsung mengambil sebuah kotak bekal yang sudah ia siapkan lalu ia berikan kepada Nayeon karena Sania tau jika Nayeon belum sarapan.

"Nay, dimakan ya bekalnya sampe sekolah. Mama gak mau maag kamu kambuh." Nayeon menerimanya lalu tersenyum manis, "Thank u ma."

Setelah Nayeon dan Seokjin berpamitan kepada kedua orang tuanya, mereka segera bergegas untuk naik motor sport Seokjin yang lagi-lagi membuat Nayeon terbingung.

Karena ini adalah kali pertama ia melihat abang sepupunya itu mengendarai motor sport, bukannya motor matic seperti biasanya.

Seokjin yang melihat Nayeon yang terdiam disamping motornya, pun berdecak sebal, "Naik Nay. Lo mau kita telat?"

"Sejak lama abang punya motor sport?"

WHY NOT? [Hiatus Bentar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang