14. Dihukum

194 33 18
                                    

"Dia juga manusia, ngelakuin kesalahan adalah hal yang wajar."

] Why Not? [

"KALIAN BERTUJUH, TINDAKAN YANG KALIAN LAKUKAN ITU SANGAT-SANGAT TIDAK MENCERMINKAN SEORANG PELAJAR YANG SEBENARNYA."

"APA KALIAN SUDAH MERASA MENJADI PELAJAR YANG PALING BAIK?!"

Tidak ada yang berani menjawab setiap kalimat yang dilontarkan oleh seorang wanita paruhbaya yang kini sedang bersedekap dada sambil memegangi senjata ciri khasnya yaitu sebuah penggaris kayu yang panjangnya tidak biasa.

"KALIAN DENGAR SAYA TIDAK?!"

Tak.

Saat penggaris kayu itu digertakan, sontak mereka bertuju yang kini berada dilapangan--tepatnya dibawah terik matahari pagi itu tersentak bukan main.

"DENGAR BU." jawab mereka kompak.

Sebenarnya mereka tuh males jawabin nasehat-nasehatnya bu Hwasa karena takutnya kalo salah ngomong aja, bisa-bisa hukumannya malah ditambah dua kali lipat lebih parah. Ini aja, hampir setengah jam mereka berdiri dijemur dipanas-panasan gini cuma buat dengerin nasehat panjangnya supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Catat ya, mereka belum dihukum tapi masih sesi memberi nasehat. Bayangkan jadi mereka bertujuh yang tubuhnya sudah dipenuhi oleh keingat yang hampir menjiplak seragam putih mereka.  Ya walaupun sinar matahari pagi memang sangat baik untuk kesehatan, tapi sama aja. Panas banget dan bikin pusing.

Apalagi wajah Nayeon yang kini sudah pucat. Sialnya juga, pagi ini ia tidak sarapan terlalu banyak, mungkin hanya makan selembar roti saja itupun setengah. Karena tadi pagi moodnya seketika rusak gara-gara Seokjin.

"Sumpah, gue udah gak tahan. Pengen pingsan, tapi ntar dikira lemah." batin Nayeon sambil memilin ujung roknya.

"Baiklah, kalo begitu saya akan memberi hukuman kalian yang sederhana saja. Yaitu lari memutari lapangan ini sebanyak sepuluh putaran."

"Ingat jangan ada yang coba-coba kabur atau saya akan tambah hukumannya."

Sederhana katanya? memutari lapangan yang luasnya setara dengan GBK itu bukanlah hukuman yang bisa dikategorikan ke dalam hukuman sederhana. Itu malah termasuk ke dalam hukuman tidak manusiawi. Lebih-lebih 10 putaran itu tidak sedikit loh.

C'mon lah, mereka sudah cukup dibuat jera dengan hanya dijemur dilapangan pagi ini. Kenapa hukumannya harus ditambah juga sih bu?

Melihat tidak ada pergerakan dari siswi-siswi yang ia hukum ini, membuatnya semakin naik pitam. Ia menggeratkan penggaris kayu miliknya itu hingga menimbulkan suara yang cukup kencang hingga berhasil membuat mereka bertujuh, termasuk siswa-siswi yang kini sedang asik menonton itu terkejut bukan main.

TAK.

"Tunggu apalagi kalian? oh mau hukumannya saya tambah jadi dua puluh kali?!"

"Engga bu."

"Ya sudah segera laksanakan."

Dengan gerakan secepat kilat, mereka langsung mengambil ancang-ancang untuk berlari. Walaupun jika setelah ini, kaki-kaki mereka terasa seperti patah karena saking lelahnya, atau ditengah-tengah akan pingsan. Yang penting dijalani dulu aja.

WHY NOT? [Hiatus Bentar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang