SA 15

34.2K 1.7K 26
                                    

Sasa duduk dengan mata yang masih mengerjap, sudah tengah malam ternyata, kalau bukan karna lapar tidak mungkin Sasa mendusin kaya gini.

Perempuan itu melirik ke sebelah kirinya, lalu berdecak sambil menggelengkan kepala melihat sampah bekas makanan berserakan dimana-mana, bahkan ada yang masih  diatas perut Aksa.

Tidak habis pikir dengan kemalasan suami dadakannya itu, sampai bisa-bisanya tidur dengan sampah.
Apa Aksa sudah terlatih jadi gembel?

Bergegas Sasa memunguti sampah-sampah itu sambil dalam hati menyebutkan jenis-jenis makanan yang tinggal sampahnya saja. Ada sampah cup ice cream, tusuk sate, beberapa sampah styrofoam yang sudah kosong isinya, gelas plastik minuman boba, bahkan ada box chiken nugget.

Dari semua banyaknya sampah makanan, tak ada satupun yang tersisah isinya, bahkan sekedar remahan nya sajapun tidak ada.

Aksa membeli makanan sebanyak ini dan dia habiskan sendirian.

Sasa meremas sampah itu kesal sambil memandangi Aksa yang tertidur, seolah sampah itu adalah Aksa.

Lalu perempuan itu teringat ponsel yang tadi Aksa gunakan untuk memesan makanan, lekas Sasa meraih ponselnya untuk mengecek riwayat pesanan.

Sasa mendengus kasar. Suaminya itu benar-benar licik, membeli makanan dengan total 230.000 tapi dimakan sendiri. Lebih parahnya lagi dia bayar pakai dana gopay milik Sasa. Dan pemilik saldo hanya disisakan sampahnya saja?

"Emang gak ada akhlak, cerdik! Licik! Jelek!" Umpat Sasa kesal, melempar ponsel digenggamannya ke arah tubuh Aksa yang terlentang tidur.

"Aw!" Aksa mengeluh, mengusap perutnya yang tertimpa sesuatu tanpa membuka mata, dan kemudian melanjutkan lagi tidurnya yang terganggu.

Sasa berdecih, melangkah menuju dapur untuk melihat sesuatu yang bisa dimakan setelah meletakkan sampah pada tempat nya.

Bahunya otomatis turun dengan lemas setelah melihat isi kulkas, tak ada yang bisa dimakan, hanya sisa 2 potong wortel mentah saja. Gak mungkin Sasa hanya nyemil wortel mentah itu, dia bukan kelinci.

Lalu lanjut mengecek dan rak membuka satu persatu pintunya, matanya berbinar setelah melihat sesuatu didalam itu.

"Nahh! Untung aja masih ada ramen." Seru Sasa senang setelah mendapatkan mie ramen instan dirak paling pojok.

Segera perempuan itu memasak air untuk merebus mie ramen, memasak tiga bungkus sekaligus untuknya sendiri karna perutnya benar-benar keroncongan.

Tidak butuh waktu lama untuk memasak mie instan itu, setelah mie matang langsung Sasa makan dengan rasa selera tinggi. Malam-malam makan mie pedas itu nikmat sekali.

Rasa pedas yang menyengat menambah kenikmatan dalam setiap suapannya, membuat lidah terasa terbakar dan bibir membengkak merah karna kepedasan.

Kapan lagi dia bisa makan mie instan sebebas ini, biasanya kalau di rumah orang tuanya tak boleh terlalu sering makan mie, padahal mie itu adalah makanan murah dan mudah terenak.

"Hih bengkak." Sasa terkikik sambil menjilat bibirnya sendiri, lalu kemudian bangkit untuk membereskan piring kotor bekasnya makan.

Selesai membereskan piring, Sasa kembali kekamar meneruskan tidurnya yang tertunda, lagipula dia masih sangat mengantuk, tapi karna perutnya yang tak bisa diajak kompromi memaksanya untuk mengisi perut terlebih dahulu.

Merebahkan dirinya disamping Aksa yang masih nyenyak tidur, tidur menyamping menghadap Aksa yang terlentang. Diteliti dari samping, wajah Aksa ini gak mirip Ayahnya, sama sekali gak mirip, dimulai dari alis, hidung, mata dan bibir tidak Ada yang mirip Ayah Wafa, hanya garis rahangnya saja yang mirip, terlihat tegas dan sedikit meruncing didagu yang membuatnya terlihat tirus.

SAKSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang