"Saya terima nikah dan kawinnya Caesa Cintya Narehja binti Yudi Narehja dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" Dengan satu tarikan nafas Aksa berhasil mengucapkan ijab kabul nya dengan lancar.
"Sah?"
"Sah!"
"Alhamdulillah"
Semua orang bahagia, ohh ralat terpaksa bahagia maksudnya. Memang siapa yang ingin menikah dalam keadaan seperti ini?
Acara yang dihadiri hanya beberapa orang saja, ada penghulu dan saksi itu lebih dari cukup.
Sasa yang hanya menggunakan kebaya bekas Mamanya menikah dahulu. Dan Aksa yang hanya mengenakan kemeja dan sarung kotak-kotak milik mertuanya.
Heii, ada yang lebih mengenaskan dari ini? Menikah dengan menggunakan sarung kotak-kotak? Itu mau menikah atau mau sunatan?
"Ngapa jadi kaya gembel gua ya?" Gumam Aksa menilai penampilan dirinya sendiri. Padahal kalo di bolehin untuk ngambil pakaian yang lebih layak dirumahnya dia tidak akan sengenes ini, punya dendam apa sih orang-orang? Mau menghilang saja rasanya!
"Memang mirip." Sahut Sasa pelan yang mendengar gumaman Aksa, tentu saja dengar, mereka sedang duduk bersebelahan.
"Gara-gara lu nih!" Omel Aksa berbisik, menatap sengit wanita yang ada disebelah kirinya itu.
"Mana ada, kamu sendiri milih begitu, coba aja kalo mau pake baju bekas Papah nikah dulu-
-Lebih kaya gembel." Lanjut Sasa dengan kekehan sinis.
Aksa mendengus. Penampilan seperti ini lebih baik, dari pada pakai jas yang super gombrong dengan hiasan pernak pernik disetiap sudut, sudah ketinggalan jaman sekali, dan Aksa ga suka yang katanya vintage itu.
"Makasih pak Yuda sudah dengan lapang dada memaafkan dan menerima anak saya menjadi bagian kelurga bapak." Kata Wafa sang ayah dari mempelai pria.
"Sama-sama pak, mungkin ini sudah takdirnya anak kita begini, untuk disesali rasanya juga gak pantas." Jawab Yudi.
"Iya, kalau begitu saya langsung pamit pulang, gak bisa lama-lama disini juga, rumah gak ada yang jaga." Pamit Wafa tersenyum ramah, bangkit dari duduknya.
"Ya sudah kalau begitu, tapi Aksa bakalan menginap disini dulu untuk beberapa hari." Kata pak Yudi yang juga ikut berdiri.
"Iya pak, dia sudah jadi suami, sudah punya tanggung jawab sekarang." Jawab Wafa, dijawab senyuman oleh Yudi.
Menengok pada anaknya yang sedang bermain ponsel disebelah sana
"Aksa!" Panggil Wafa pada Aksa.
"Kenapa yah?" Tanya Aksa yang sedang asik dengan game ditangannya. Hanya melirik sedikit, kemudian lanjut fokus pada ponsel.
"Ayah mau pulang."
"Yaudah ayo." Ajak Aksa segera mematikan ponselnya dan menghampiri ayahnya yang masih bersama papah mertuanya.
"Ayo-ayo mau kemana kamu?" Melirik anaknya bingung.
"Pulang lah, Ayah tadi yang ngajak." kata Aksa.
"Kamu disini bareng 'istri' kamu, ayah pulang sendiri." Jawab ayahnya, dengan nada menggoda dikata 'istri'
Ah, Aksa lupa. Tapi kenapa harus menginap disini segala sih, kan lebih enak di rumah nya , jelas-jelas lebih besar rumahnya. Lebih lagi, Aksa tuh males banget kalo tiba-tiba harus jadi anak penurut, karna sudah jelas disini dia gak bisa bertingkah. Disini gak akan sebebas dirumah.
"Tapi kan gak ada baju yah," melas Aksa berharap diajak pulang juga.
"Tenang sih, gojek masih banyak yang nunggu orderan. Nanti Ayah paketin baju kamu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKSA (END)
Teen FictionIbarat cerita lama belum kelar, Cerita yang sudah lama hiatus ini akhirnya kembali. I deleted the synopsis, Langsung aja mampir dan baca. Semoga suka dan bisa menghibur. Grazie mille. Pernah Highest rank #1 in fiksiremaja #...