SA 20

34.8K 1.6K 41
                                    

Aksa baru saja tiba didepan gerbang suatu gedung, tidak sebesar gedung-gedung pencakar langit yang isinya CEO tampan seperti di novel. Hanya bangunan tiga lantai yang memang lumayan besar, pegawainya pun tidak memakai kemeja serta dasi yang mengikat lehernya. Disini mereka hanya memakai seragam berwarna biru muda.

Aksa membawa motor maticnya untuk diparkirkan, mayoritas pegawai memang menggunakan kendaraan roda dua. Diparkiran yang lumayan luas hanya ada satu buah mobil sedan dan tiga mobil pengangkut barang saja, tidak seperti sorum mobil yang isinya mobil-mobil sport.

Selesai dengan motornya, Aksa berjalan santai memasuki gedung sambil memutar-mutar kunci motor di jari telunjuknya. Belum sempat masuk gedung, Aksa dikagetkan dengan keberadaan motor yang diparkirkan didekat pintu masuk, ini motor sesepesial apa? Atau dipajang karna sedang dipasarkan?

Motornya bagus, jenis motor sport yang memang begitu Aksa idam-idamkan, dan parahnya lagi motor ini sangat mirip dengan motor yang suka mengantar Sasa pulang. Walaupun banyak jenis yang sama tapi ada yang membedakan, di ban belakang ada stiker warna merah.

Mengingat itu Aksa jadi berdecak sebal, spontan moodnya jadi anjlok.

Walaupun tidak yakin-yakin banget, tapi aneh sekali memangnya motor ini milik siapa sih sampai ditaro didekat pintu masuk.

"Bang!" Aksa memanggil pegawai yang kebetulan lewat.

"Ehh Aksa, kenapa ya?" Tanya pegawai laki-laki itu sambil menghampiri Aksa.

"Nih motor kenapa ada disini, dijual?" kata Aksa menepuk-nepuk jok motor tersebut.

"Enggak lah, emang ini dealer motor." Jawab pegawai itu tertawa, lalu lanjut bicara lagi "Emang sengaja ditaro situ, takut ilang kayanya sih maklumlah motor baru, mahal lagi."

Mendengar jawabannya membuat Aksa kesal, Aksa juga tahu kalau itu mahal dan motor baru, kenapa juga harus disebutkan, memangnya dia kira Aksa tidak mampu apa? Heh! Aksa memang belum mampu.

"Punya siapa?" Tanya Aksa sedikit nyolot.

Pegawai laki-laki itu mengernyitkan keningnya bingung, dia yang tanya kenapa dia yang nyolot, biasa saja kan bisa.

"Punya nya bang-- " katanya menggantung

"Ehhh iya lupa, lagi buru-buru abis beli tinta tadi kehabisan. Duluan ya." Lanjutnya setelah mendapatkan ponselnya yang bergetar lalu dimasukkannya lagi dan pergi meninggalkan Aksa tanpa melanjutkan bicara.

"Ga ada akhlak sama anak bos!" Dumel Aksa.

Seketika ide brilian muncul di otak nya, bermain-main sedikit tidak apa-apa lah ya. Lagipula dia yang mancing Aksa, rasakan sendiri akibatnya.

Aksa berjongkok didepan motor sport itu, buru-buru dia menekan tempat keluarnya angin itu dengan kukunya. Selesai dengan ban belakang, Aksa lantas pindah ke ban depan untuk mengempeskannya juga. Pamali kan kalo setengah-setengah.

"Paku mana ya paku." Aksa celingak-celinguk mencari paku, tanggung juga kan kalo cuma kempes lebih bagus lagi dibuat bocor sekalian.

"Emang niat buruk mah ada aja jalannya." Kata Aksa semangat, bergegas mengambil paku payung yang terletak dipot tanaman tidak jauh darinya.

Dengan semangat Aksa menancapkan paku itu di ban belakang motor, agak susah memang tapi karna menggunakan kekuatan supernya, paku itu langsung menembus sampai ke bagian terdalam.

"Makanya gak usah sok-sok an, nih gua anak bos aja merendah motornya cuma beat doang."

"Tau rasa lu! Mentang-mentang motor cakep naronya didepan pintu. Gak sekalian masukin kamar?!" Aksa mendumel, melototi motor yang padahal tidak tahu apa-apa. Kasihan.

SAKSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang