Aksa memasuki apartemen setelah habis pulang dari rumah Ayahnya, yang lebih tepatnya hanya menumpang makan saja.
Membuka pintu, pemandangan yang dia lihat pertama kali adalah Sasa yang sepertinya sedang mengerjakan tugas sekolah sambil bersender di kaki sofa. Tanpa berbicara Aksa meletakkan bungkusan makanan yang sudah dikeluarkan dari tasnya dihadapan Sasa tanpa bicara.
Sasa mengangkat pandangannya dari buku "Udah pulang?" Tanya Sasa basa-basi
Aksa mendengar, sudah jelas-jelas dia ada didepannya pake segala nanya.
"Buat aku nih?" Sasa mengangkat bungkusan itu menunjukkannya pada Aksa yang dibalasan deheman singkat.
"Aku emang enggak masak sih, ini kenapa cuman satu doang?" Tanya Sasa, dan melanjutkan bicaranya "Buat kamu engga? Apa udah makan?"
Aksa gak menjawab, dia hanya diam saja, sambil pandangannya lurus tepat menatap perempuan itu.
"Kamu mandi sana biar sekalian aku cuci seragamnya." Kata Sasa lagi, dan gak dijawab Aksa.
Sasa mengerutkan keningnya, menatap cowo dihadapannya dengan heran. Sedari tadi Aksa hanya diam saja tidak bicara sepatah pun, bahkan wajahnya menampilkan padangan tidak suka, menatap Sasa dingin.
"Kenapa sih?" Cicit Sasa agak takut mengalihkan pandangannya dari Aksa.
Aksa berdehem, "Pulang jam berapa tadi sekolah?" Tanya Aksa setelah keterdiamannya.
Sasa berdiri, menggaruk lengannya yang tidak gatal "Jam berapa ya tadi, dua... tiga... Em- ahiya tadi pulang jam empat." Jawab Sasa melihat jam dinding dengan cengengesan yang dipaksa.
"Ngapain aja?" Aksa menyeringai seram.
"I-itu tadi ada urusan dulu." Jawabnya grogi, Aksa seakan sedang mengintrogasinya, lagian mau pulang jam berapapun sepertinya bukan urusan masing-masing, Aksa jelas lebih parah. Tapi gak menutup kemungkinan bahwa dia juga takut, Aksa bertanya dengan ekspresi yang menurutnya menyeramkan.
"Sama?"
"Apaan sih kepo banget, kamu juga pergi pulangnya malah lebih lama dari aku." Seru Sasa kesal, dia merasa disudutkan padahal tadi Aksa diam-diam saja, sekarang malah banyak tanya, ekspresi nya dingin membuat Sasa jadi menciut.
Aksa tersenyum sinis, menggelengkan kepalanya melihat Sasa tidak berani menjawab dengan siapa dia pergi. Lalu Aksa melangkahkan kakinya meninggalkan Sasa tanpa bertanya lagi.
Melihat Aksa meninggalkannya tanpa bicara, Sasa terdiam ditempat. Ada apa sih dengan Aksa, kenapa dia bertingkah aneh kaya gitu. Ekspresinya juga tidak ada ramah-ramahnya.
"Tadi aku pergi sama guruku." Seru Sasa menjawab pertanyaan Aksa, suasananya jadi gak enak. Setidaknya Sasa tidak sepenuhnya bohong kan? Dia memang benar pergi sama Arga dan Arga itu termasuk gurunya.
Aksa mendengar itu, tapi tidak menghentikan langkahnya. Dia berdecih, guru katanya? Bohongnya menarik sekali, jelas Aksa tak akan percaya, lagipula guru tidak akan sedekat itu dengan muridnya.
Merebahkan dirinya dikamar, biarin saja tidak usah mandi, ngapain juga Aksa nurutin Sasa untuk mandi, walaupun tidak mandi seperti ini juga Aksa bisa jamin kalau tubuhnya masih harum semerbak.
Mood Aksa hari ini benar-benar jelek, semuanya tidak ada yang menyenangkan.
***
Selesai makan, Sasa berjalan ke kamar, setelah membuka pintu disana Aksa ternyata sudah tertidur, padahal ini belum terlalu malam, masih sekitar jam delapan, biasanya juga Aksa selalu tidur tengah malam karna asik main game.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKSA (END)
Teen FictionIbarat cerita lama belum kelar, Cerita yang sudah lama hiatus ini akhirnya kembali. I deleted the synopsis, Langsung aja mampir dan baca. Semoga suka dan bisa menghibur. Grazie mille. Pernah Highest rank #1 in fiksiremaja #...