SA 23

29.5K 1.5K 25
                                    

Sasa memandang Aksa dengan takjub, hari ini Aksa benar-benar terlihat seperti siswa sungguhan.

"Bagus!" Seru Sasa mengacungkan kedua jempolnya pada Aksa.

Aksa tersenyum bangga "Ganteng gak?" Aksa menaik-turunkan alisnya.

"Tambah ganteng." Mendekati Aksa, lalu membenarkan rambut Aksa yang masih sedikit basah.

Entah angin dari mana, Aksa menuruti perintah Sasa dengan memakai seragam rapi dan mandi di pagi hari.

"Selalu ganteng." Tambah Aksa dengan percaya dirinya, menyugar rambutnya kebelakang.

"Selalu kepedean."

Aksa tertawa, menyelipkan anak rambut Sasa yang belum terkuncir ditelinga.

"Itu bagus." Aksa menarik tangan Sasa dan membawanya untuk duduk di kursi meja rias.

"Sesekali dikepang dong, masa dikuncir mulu." Aksa duduk dipinggir ranjang, meraih sisir dan tangannya dengan kreatif siap mengepang rambut Sasa. Dan gadis itu dengan nurut membiarkan tangan Aksa menata rambutnya.

"Gak bisa, rambut orang aja aku gak bisa apalagi rambut sendiri." Jawab Sasa cemberut, sedari dulu Sasa memang tidak berbakat mengubah gaya rambutnya selain kuncir kuda. Lagipula Sasa tidak suka rambut model-model lain, yang simple dan mudah tetap menjadi pilihan nya.

"Payah." Sahut Aksa mencibir sambil melanjutkan kegiatan tangannya di rambut Sasa.

"Lah kamu laki-laki kok bisa ngepang rambut?" Tanya Sasa penasaran, meraba kepangan Aksa dirambutnya yang sudah setengah jadi.

"Multitalent." Sahutnya percaya diri sambil asik berfokus pada gerak jarinya dirambut sebahu sang istri.

Sasa memutar bola matanya malas, Aksa dan kepercayaan diriannya yang tinggi sudah sangat melekat sampai ke tulang.

Duduk tegak sambil menunggu Aksa yang masih membuat karya dirambutnya, dari pantulan cermin bisa Sasa lihat Aksa yang dengan sangat fokus itu, bahkan laki-laki itu sampai tidak sadar sedari tadi Sasa terus memperhatikan nya lewat cermin. Entah dari mana Aksa belajar mengepang rambut, padahal dia tidak punya adik perempuan dan Mama nya pun sudah meninggal.

"Selesai." Seru Aksa dengan bangganya, membalikkan kursi Sasa agar memunggungi cermin.

"Bagus kan?"

"Bagus!" Kata Sasa tersenyum merekah melihat pantulan kepalanya dari cermin, dengan memutar kepalanya agar bisa melihat lewat cermin.

Sasa meraba terus bentuk kepangan yang Aksa buat, rapi dan juga lucu. Kepalanya jadi tampak menggemaskan.

"Udah, ayo sarapan dulu." Ajak Aksa sambil membuka pintu kamarnya lebar mempersilahkan Sasa yang masih melihat-lihat rambutnya untuk keluar lebih dulu.

"Kamu nganterin aku?" Tanya Sasa bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat.

"Iya lah."

"Gak usah pake 'lah' kali, kamu aja baru sekarang nganterin aku." Cebik Sasa melirik Aksa sinis.

Aksa lalu tertawa menggaruk kepalanya, "kelebih kata doang." Kilah nya menggenggam tangan Sasa menuntunnya untuk segera ke meja makan.

"Beda arti."

"Udah sih, gitu aja dipermasalahkan."




***



Aksa menggulung celana abu-abunya sampai dibawah lutut, seragam yang awalnya rapih kini sudah tidak berbentuk.

"Ayo sini naik." Perintah Aksa pada teman-teman yang mendelik menatapnya kesal.

SAKSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang