SA 1

140K 4.2K 139
                                    

Di suatu rumah, Aksa sedang berbaring disofa ruang tamu rumahnya. Tak ada yang dilakukan selain memijat keningnya yang berdenyut, dengan sebelah kaki yang dinaikkan satu keatas sandaran sofa. Sekarang tubuhnya sedang tidak sehat.

Bahkan sekarang dia harus membatalkan tanding sepak bolanya, jarang sekali Aksa membatalkan rencananya dengan alasan sepele, biasanya kalau hanya pusing biasa dia tetap akan keluar.

Aksa adalah anak yang tak betah dirumah, selain rumahnya sepi, Aksa juga malas melihat Ayahnya berkeliaran dihadapannya. Mereka hanya tinggal berdua, Mama nya meninggal 6 tahun lalu karena sakit yang diderita, sejak saat itu juga Aksa selalu kesal jika melihat Ayah.

Sedari malam Aksa sudah tak enak badan, untuk melakukan apapun rasanya gak kuat. Kepalanya terus berdenyut dan mual-mual. Dari kemarinpun dia belum makan, hanya minum saja, percuma apapun yang dia makan pasti meminta untuk dikeluarkan.

Sedangkan di satu sisi, Wafa yang dari tadi melihat anaknya tak kunjung bangkit dari sofa agak penasaran, tak biasa anak itu betah dan diam saja dirumah yang biasanya pulang hanya minta uang saja.

"Aksa, kamu sakit?" Tanya Wafa pada akhirnya sambil berjalan sedikit menghampiri.

"Gak!" jawab Aksa ketus.

Wafa-Ayah Aksa menarik satu alisnya ke atas.

"Bohong banget, muka pucet gitu bilangnya gak sakit."

"Terus kenapa nanya?!" Sungut Aksa sebal, lagi sakit ditanya-tanya tuh rasanya nyebelin banget, apalagi yang nanya Ayah, makin sebal saja Aksa.

"Ayo Ayah temenin ke dokter." ajak Wafa, kasian melihat anaknya yang sedang sakit. Lemas tak berdaya bukan anaknya sekali, walaupun ngomong nya masih tetap nge gas.

Wafa meletakkan tangannya pada dahi sang anak untuk mengecek suhu tubuh.

"Gak mau!" teriak Aksa menghempas tangan Wafa.

"Jangan keras kepala! Kamu sakit aja masih bisa kurang ajar." Sengit Wafa tak suka.

"Bac-

Hoek

Belum sempat melanjutkan perkataannya, mualnya lagi-lagi datang, padahal gak ada yang harus dikeluarkan, perutnya kosong. Langsung saja Aksa bangkit membawa tubuh lemahnya menuju wastafel untuk mengeluarkan isi perutnya lagi, yang sudah pasti hanya cairan saja

"Kamu muntah-muntah abis makan apa? Minum apa lagi kamu?!" Tanya Wafa sambil membantu Aksa berjalan menuju wastafel.

Aksa yang mendengar perkataan itu reflek menatap ayahnya dengan tatapan dingin nya.

"Apalagi gimana? Emangnya Aksa minum apa? Gak usah ngaco kalo ngomong!" Sungut Aksa.

Sang ayah menaikkan satu alisnya,

"Dari malem kamu udah kaya gini, kalo gak makan apa-apa kenapa tiba-tiba kaya gini?" Kata sang ayah yang hanya dibalas dengusan oleh Aksa.

"Mana aku tau!"

Wafa mengurut leher belakang Aksa, membantunya untuk muntah.

"Kamu lagi gak bunting kan?" Lanjutnya lagi sambil sedikit mengejek yang mana malah membuat Aksa tiba-tiba membulatkan matanya kaget.

Bunting?

Hamil?

Aksa sontak mengingatkan malam itu. Dimana dia menarik paksa seorang gadis. Malam yang benar-benar tidak Aksa inginkan, dia dijebak. Karna taruhan sialan itu yang bikin dia terpaksa menarik siapapun perempuan untuk bisa membantunya.

Berkat ulah bajingan yang mencampurkan minuman alkoholnya dengan obat perangsang, malam itu benar-benar terjadi.

Aksa bersumpah, dia hilang kendali, dia gak sadar. Malam itu juga adalah pengalaman pertama untuknya.

SAKSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang