"Ngapain?!" Seru Sasa nyolot pada Aksa, sambil mendorong Aksa agar menjauh.
Aksa mengalah, mundur beberapa langkah dari Sasa "Kok marah sih, gara-gara semalem ya?" Tanya Aksa lembut
"Gak!"
"Jangan marah dong, kita pulang sekarang, ya?."
Tanpa menjawab, Sasa meraih kasar ponselnya yang berada dinakas. Setelah semalam dirumah sakit karna alerginya yang kambuh, sebenarnya tidak mesti harus menginap, tapi Aksa malah milih numpang tidur dirumah sakit.
Sebelum Sasa membuka pintu, Aksa sudah lebih dulu mengahadangnya tiba-tiba.
"Buru-buru banget, sini gendong." Ujar Aksa siap membawa Sasa naik ketubuhnya.
Sasa mendelik, mundur menjauh dari Aksa. "Gendong-gendong! emangnya aku bocah!"
"Kalo sakit ya digendong aja."
"Masih punya kaki!" Judes Sasa sambil buang muka.
"Kemarin-kemarin digendong tuh, yang minta gendong juga siapa emang, hah?!" Aksa kesal habis sudah tingkah lembutnya, padahal yang selalu minta gendong kan Sasa, mana ada Aksa nawarin? Giliran sekarang Aksa lagi baik malah Sasa yang ngegas mulu.
"Ga ada! Mimpi kali!"
Karna kesal, Aksa melempar jaket milik Sasa tepat jatuh menutupi kepala dan wajah Sasa. Membuka pintu dengan kasar, meninggalkan Sasa dibelakangnya.
Apa Sasa bilang, mimpi? Badan rasanya encok karna gendong tubuh dia yang tidak langsing, dia bilang mimpi? Mimpi sambil melek, huh?!
"Aihss!" Sedangkan dibelakang Sasa memandangi Aksa dengan hidung mengkerut, tangannya bergerak seperti mencabik-cabik tubuh Aksa. Kalau bukan ditempat umum sudah Sasa jambak tuh rambutnya.
Sampai diparkiran, melihat Aksa sudah naik motornya, Sasa langsung ikut naik dengan kasar sampai Aksa harus menahannya agar tidak jatuh.
Tanpa menengok menyuarakan rasa kesalnya, Aksa menstater motornya keras dan langsung menggas tanpa aba-aba.
"AKSA!" Teriak Sasa kencang saat hampir saja kejengkang kebelakang, untungnya dia langsung refleks memeluk Aksa.
Aksa tersenyum sinis, hmm rasain, makanya jangan cari ribut. Batin Aksa tertawa
Melirik perutnya yang sudah dilingkari tangan Sasa, Aksa semakin menambah kecepatan motornya, dan juga merasakan Sasa yang makin mempererat pelukannya.
***
Perang dingin terus berlanjut antara Sasa dan Aksa, itu sangat membuat Aksa kerepotan. Setiap pandangan mereka bertemu, Sasa selalu membuang muka dengan raut judesnya, dan itu juga memancing Aksa untuk melakukan hal yang sama. Memangnya Sasa doang yang bisa, huh?!
Aksa berjalan menunju meja makan dengan langkah lemas nya. Bersiap membuka tudung saji sambil mulut yang tak berhenti komat kamit.
Semoga ada, semoga ada, semoga ada.
Ya, kata itulah yang terus diucapkan sebelum membuka tudung saji nya. Berharap tidak mendapatkan kekecewaan lagi.
Membukanya dengan sangat pelan-pelan sambil mengintip dari bawah, setelah terbuka sempurna ternyata lagi-lagi seperti ini.
Tak
Aksa meletakkan dengan kasar sampai berbunyi nyaring. Kosong lagi, isinya hanya sendok dan garpu yang tersusun rapi pada tempatnya.
Ini yang membuat Aksa kerepotan dan uring-uringan, efek perang dingin terjadi mengakibatkan Aksa yang setiap pulang selalu kelaparan kaya gembel.
Sasa tidak memasak apapun untuk bisa dimakan, bahkan setiap Aksa pulang ternyata Sasa sudah bergelung dengan selimutnya. Istri macam apa itu?!
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKSA (END)
Teen FictionIbarat cerita lama belum kelar, Cerita yang sudah lama hiatus ini akhirnya kembali. I deleted the synopsis, Langsung aja mampir dan baca. Semoga suka dan bisa menghibur. Grazie mille. Pernah Highest rank #1 in fiksiremaja #...