"SASA!" Teriak Veny saat melihat Sasa yang baru tiba disekolah, berjalan dikoridor yang masih sepi.
Sasa yang diteriaki hanya menolehkan kepalanya kebelakang, ada Veny disana yang sedang berlari menujunya. Lanjut berjalan lagi tanpa berniat menunggu temannya.
"Ihhh, kebiasaan kalo dipanggil nyaut kek, ini mah malah dikacangin!" Gerutuan Veny setelah sampai disamping Sasa dengan nafas yang masih memburu.
"Lahh, kamu tiap hari teriak gitu, ngapain coba? Berisik tau, malu." Jawab Sasa memperingati Veny, anak itu memang sengat berbeda dengannya. Veny itu anaknya sangat ceria, suka tertawa walaupun tidak ada yang melucu.
"Biarin aja selagi teriak tidak menyebabkan kematian." Kilah Veny
"Bisa, kalo tuh pita suara pindah ke ubun-ubun."
Veny memberenggut kesal, menarik ikat rambut Sasa hingga rambutnya tergerai. Veny berseru senang, kali ini impas, setiap disekolah Sasa selalu mengomelinya, berasa jadi anak tiri yang selalu kena omelan.
"Sukurin!" Tawa Veny kencang, menjauh beberapa langkah dari Sasa sambil melayang-layangkan ikat rambut berwarna hitam itu.
"VENY! Balikin gak! Ihhh jangan mainin kunciran!" Sungut Sasa mencoba mengambil ikat rambutnya yang sekarang sedang dilempar-lempar itu.
"Biarin sekali-sekali digerai biar kaya cewek." Ledek Veni yang masih mempertahankan ikat rambut itu
Veny tuh kadang geregetan sama temannya itu, setiap hari rambutnya dikuncir mulu, mukanya juga polos banget, pake liptint kek gitu biar terlihat lebih imut. Sesekali tebar pesona kan tidak apa-apa, mereka juga sudah kelas tiga, jadi gak ada lagi kakak osis yang mengomeli karna pakai pewarna bibir.
Tapi suka kesel juga, Sasa yang kaya gitu malah banyak ditaksir cowok. Veni yang sudah banyak tebar pesona yang nyangkut malah adik kelas, ihhh gak level sama adik kelas.
"Emangnya gua cowok!" Sungut Sasa.
"Siniin kuncirannya Ven!" Geram Sasa, selama ini rambutnya memang selalu terkuncir rapi bahkan hampir tak pernah digerai. Menurutnya kalau digerai itu cuma bikin ribet, gerah dan acak-acakan, belum lagi kalo keringetan rambutnya pada nempel-nempel dileher dan dahinya.
Bukannya mengembalikkan Veny malah melangkah menuju tong sampah, dan tanpa rasa bersalah membuang ikat rambut itu kedalamnya.
Sasa yang melihat molongo tak percaya, Veny itu temannya atau dia sedang dibully? Kok ya 11 12 sama pembully.
"VENY!" Teriak Sasa murka, sampai-sampai teman-temannya yang lain menengok kearahnya.
Veny yang menjadi tersangka malah tertawa kegirangan, bertepuk tangan riang karna baru saja berhasil mengerjai temannya.
Sasa langsung mendekat ke tempat sampah untuk mengambil kembali ikat rambutnya, setelah ditengok ternyata ikat rambutnya sudah jatuh diantara seterofom yang terdapat kuah sambal seblak.
"Gila Ven! Kunciran gua kena sambel! Allahu-
"Allahulkafi robbunalkafi qosodnalkafi." Veny melanjutkan ucapan Sasa dengan sholawatan yang sedang viral itu, sambil menepuk-nepuk tangannya seperti sedang menabuh rebana.
Bisa-bisanya Veny meledek dengan bersholawat, mau ngatain Veny 'bangsat' juga takut dosa, dia kan lagi sholawatan masa dikatain 'bangsat' bisa-bisa Sasa yang langsung kena azab.
Sabar oke sabar, orang sabar pacar nya Justin Bieber.
Sasa mendekat kearah Veny yang masih tertawa ke girang.
Oke Veny, ini waktunya pembalasan. Batin Sasa
Tanpa aba-aba Sasa langsung menarik bandana putih yang melingkari kepala temannya itu, dan langsung membuangnya ke tempat sampah, seperti yang temannya lakukan pada kuncirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKSA (END)
Teen FictionIbarat cerita lama belum kelar, Cerita yang sudah lama hiatus ini akhirnya kembali. I deleted the synopsis, Langsung aja mampir dan baca. Semoga suka dan bisa menghibur. Grazie mille. Pernah Highest rank #1 in fiksiremaja #...