Suasana malam menemani kegiatannya, Saat ini seorang gadis sedang mengemaskan pakaiannya dengan isak tangis yang masih mendera.
Dia putuskan malam ini untuk pergi dari rumah, karna hanya itu yang menurut Sasa adalah keputusan yang paling tepat.
Sasa takut kalau dia memberitahu keluarganya bahwa dia sedang hamil, keluarganya pasti akan sangat kecewa, terlebih Mamanya.
Jadi, biarkan Sasa pergi jauh tanpa ada yang tahu kebenarannya. Childish memang, tapi hanya ini yang ada dipikiran kacaunya saat ini.
Dengan janin yang ada dalam perutnya, Sasa yakin dia bisa merawat anaknya sendiri, tanpa keluarga. Tak apa jika dia tak meneruskan sekolahnya, dia yakin dia bisa sukses tanpa sekolah.
Walaupun pendidikan penting, tapi pendidikan tak menjamin kesuksesan kan?
Sasa dengan berjuta rencana masa depannya, dia berharap bisa menjadi apa yang dia inginkan kelak.
Hidup bahagia bersama calon anaknya.
***
Kesukaan Aksa adalah bolos sekolah, dibuktikan dengan hari Senin yang seharusnya sedang berpanas-panasan karna upacara, tapi Aksa dan teman-temannya malah nongkrong di warkop yang letaknya jauh dari sekolah.
Dengan ditemani ke-empat temannya yang masing-masing sedang menghisap batang nikotin. Diselingi dengan candaan receh kawannya itu, Aksa sesekali hanya menanggapi guyonan temannya dengan tertawa kecil.
"Hahah, bilang sama Emak lu, harusnya gak usah bikin adek, kalo mau bayi lagi kan tinggal minta sama si bontotnya." Ledek Aji pada Rafa yang merupakan teman satu gengnya.
"Tau tuh, udah tua masih aja produksi, kan kalo mau bayi tinggal gua bikinin, udah pasti bibit unggul." Curhat Rafa pada temannya, pasalnya orang tuanya yang sudah tak muda lagi sedang hamil. Alamat gagal jadi bontot deh.
"Yeuu, mana ada bibit unggul, kecuali bini lu Cinta Laura, jadinya bisa memperbaiki keturunan." Sengit Ian yang mendengar temannya yang terlalu percaya diri itu.
"Aksa nanti kalo udah punya anak, anaknya jadi rebutan Emak-Emak."
"Hah?" tanya Aksa yang mendengar namanya disebut, sedari tadi dia hanya main hp.
"Iya Sa, kalo lu entar punya anak pasti bibit unggul tuh, calling calling ya, Sa. Kita jodohin entar anak kita." Jawab Dion mengedipkan matanya.
"Hah?" Akas dengan wajah bingungnya.
"Oh! Hahahah iya lah pasti anak gua cakep banget tuh, secara Mami nya juga cantik." Seru Aksa heboh dengan nada gembira setalah mengerti maksud temannya itu.
"Mami?" tan3ya ke-empat temannya dengan nada kaget. Sambil menatap satu sama lain bertanya-tanya.
"Parah! Aksa nyimpen tante-tante nih." Celetuk Ian.
"Gak bilang-bilang nih, gua kan juga mau." Sahut Rafa, menggoda Aksa yang menurut mereka diam-diam punya simpenan tante-tante.
"Shit!" Umpat Aksa pada dirinya sendiri yang baru sadar kalau dia keceplosan. Untungnya teman-temannya tidak tahu bahwa malam itu yang Aksa minum adalah campuran obat perangsang. Jadi gak akan ada yang berpikiran bahwa Aksa sudah pernah mengolah anak.
"Gua balik!" Ucap Aksa singkat meninggalkan temannya yang masih melongo kebingungan.
Sumpah, Aksa gak sadar bicara kaya gitu. Kenapa juga dia jadi inget Sasa yang sedang hamil anaknya sih?! Apalagi Aksa tanpa sadar mengakui kalau Sasa cantik.
Ya, walaupun memang cantik sih.Mengingat Sasa, perasaan Aksa jadi gak tenang, dia jadi inget perkataan Sasa kemarin waktu di taman.
Apa iya Sasa benar akan pergi?Aksa juga ingin bisa lihat anaknya, pasti yang dibilang Dion benar, anaknya adalah bibit unggul.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKSA (END)
Teen FictionIbarat cerita lama belum kelar, Cerita yang sudah lama hiatus ini akhirnya kembali. I deleted the synopsis, Langsung aja mampir dan baca. Semoga suka dan bisa menghibur. Grazie mille. Pernah Highest rank #1 in fiksiremaja #...