SA 4

52.8K 2.8K 39
                                    

"Tapi Aksa masih sekolah yah!" kilah Aksa

"Jangan jadi pecundang kamu Aksa!"

"Ayah gak perlu khawatir, aku udah ketemu sama dia, dia gak minta aku buat tanggungjawab, bahkan dia nyuruh aku buat gak ketemu dia lagi."

Bugh bugh bugh

"BANCI!" Lelaki paruh baya itu meludah tepat disamping sang anak, seakan sangat jijik dengan kelakuan anaknya itu.

"Jangan anggap saya Ayah kamu mulai sekarang!" Menatap tajam pada Aksa

"Kamu boleh keluar dari rumah ini, tanpa sepeserpun harta dari saya." Katanya lagi mutlak.

"Ayah gak bisa gitu!" Seru Aksa dengan nada tak terima, melotot tak percaya dengan kalimat yang dikeluarkan ayahnya itu.

"Saya akan memberikan harta saya sepenuhnya pada Arga." Ancam ayahnya, menyeringai kejam.

"Gak bisa! Dia itu cuma anak hasil selingkuhan, cuma Aksa yang berhak dapet itu!" Jawab Aksa dengan berani, apalagi tentang harta, sesuatu yang dia tahu mencarinya susah.

Dia gak akan sudi berbagi dengan anak haram itu. Sampai kapanpun, anak haram itu gak boleh memiliki apa yang sudah seharusnya menjadi miliknya.

Tentang Arga, dia adalah kakak tiri Aksa, lebih tepatnya anak dari hasil selingkuhan Ayahnya. Sewaktu dulu Mamanya Aksa sangat susah mendapatkan anak, hampir 4 tahun pernikahan dia belum juga hamil. Tanpa sepengetahuan Mamanya, ternyata Ayah Aksa berselingkuh dan mendapatkan anak dari wanita lain.

Hal tersebut diketahui sewaktu Mamanya Aksa meninggal dunia, itulah sebabnya Aksa jarang pulang dan selalu tersulut emosi kalau melihat ayahnya itu.
Dan Fakta lainnya lagi, bahwa Ayahnya sudah bercerai dari Mamanya Arga sewaktu Arga berusia 8 tahun.

Ahh perduli apa?!

"Selingkuhan atau bukan dia tetap anak Ayah! Setidaknya Ayah gak akan seperti kamu yang membuang darah daging sendiri!" Jawab Wafa dengan lantang dan keras, menekan disetiap kata agar anaknya paham apa yang sedang dia bicarakan. Wafa kesampingkan ego dan rasa malunya.

Aksa seakan kalah telak, otaknya buntu, Ayahnya menyindir dan itu seakan tepat menembak ulu hatinya, ada rasa sesak dan sakit yang gak Aksa tau maksudnya.

Pandangnya mengedar, membunuh rasa sialan yang tiba-tiba dia rasakan.

"Oke! Aksa bakalan tanggung jawab." Katanya kemudian

"Bukan karna cewe itu yang lagi hamil, tapi karan Aksa gak mau harta Ayah buat Arga semua!" Lanjut Aksa dengan menyeringai tipis.

Biarlah gimana nanti, menikahpun tak apa, lagipula gadis itu cantik.

Wafa mengelus dada mendengar jawaban sang anak, sikap keras kepala dan bejadnya kumpul jadi satu. Dia tahu betul Aksa pasti menerima itu hanya karna ditakut-takuti tentang harta.

Inilah hasilnya jika anak terlalu dimanjakan, didikan yang salah sangat amat membentuk karakter yang jelek.

Terdengar helaan nafas kasar yang keluar dari mulut Wafa, menggeleng frustasi terhadap sikap anaknya.

Rasa seakan ingin menyerah, tapi ini bukan hanya tentang dia dan anaknya, ada orang lain yang terlibat, dan ini sangat fatal. Oke, setidaknya Aksa sedikit bisa diluluhkan untuk mau bertanggung jawab. Jika uang bisa membuat Aksa menurut, akan dia gunakan cara itu.

Selanjutnya, Aksa meninggalkan Ayahnya yang masih menatapnya tajam, bergegas ke kamar untuk mengobati lukanya sendiri.


***


SAKSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang