SA 11

35.7K 2K 59
                                    

Sepanjang perjalan pulang, Sasa gak berenti menggerutu kesal. Berjalan dengan tak ada semangat-semangatnya. Perutnya juga lumayan sakit, mungkin karna belum terisi apapun. Hanya air putih dan kuaci yang sama sekali gak bisa mengganjal laparnya.

Disini akhirnya, Sasa duduk lemas tak bertenaga diloby apartemen. Rasanya gak kuat untuk melanjutkan langkahnya menuju unit.

Mengusap perutnya yang bertambah sakit. Menyandarkan punggung pada senderan kursi, dan memejamkan matanya.

Belum lama menutup mata, Sasa bisa rasakan seseorang menepuk-nepuk pipinya. Lekas membuka mata untuk melihat orang itu.

Dihadapannya, sudah ada Aksa berdiri menjulang. Dengan baju seragamnya yang sudah aut-autan, dasi yang hanya diikat dileher, baju dikeluarkan, dan rambut yang acak-acakan.

Walaupun berantakan, tapi masih bisa Sasa katakan kalau gantengnya Aksa masih keliatan.

"Tidur disini, kaya gembel aja." ujar Aksa, mengusap dahi Sasa menyingkirkan rambut yang menempel karna keringat.

"Laper." Adu Sasa memelas, kembali memejamkan matanya karna usapan Aksa yang bikin ngantuk.

"Ayo, makan diatas." ujarnya menunjukkan kantong plastik yang memang sudah dia bawa.

Sasa bergumam, mengangkat kedua tangannya keatas.

"Apa?" Aksa mengernyit tak paham, kaya vampir pake segala ngangkat tangan, tinggal nempelin duit, lonca-loncat deh.

"Gendong, lemes." pintanya kembali menurunkan tangan saking lemasnya.

"Ck, ayo!" decak Aksa, tapi tak urung memakaikan tas Sasa pada punggungnya. Membawa Sasa pada gendongan seperti sebelum-sebelumnya. Gendong didepan, seperti gendong anak.

Setelah naik kegendongan, Sasa langsung menjatuhkan kepalanya dipundak Aksa. Saking laparnya, sampai kepala ikut berdenyut.

Hiks hiks hiks- isak tangis Sasa

Aksa yang mendengar isak tangis Sasa jadi kelimpungan. Sebelumnya belum pernah menangangi orang nangis begini, biasanya abis bikin nangis Aksa tinggal.

Sewaktu dulu Aksa pernah entah karna apa, dulu sepupunya kalau melihat Aksa langsung menjerit ketakutan, padahal Aksa mula nya hanya mau lihat ikan yang sedang dikobok-kobok sepupu kecilnya itu. Karna kesal, Aksa malah menendang ikan yang ada dihadapan sepupunya, dan itu membuat tangis sepupunya tambah histeris. Bukannya minta maaf, Aksa berdiri dan menginjak-injak ikan yang masih klepek-klepek sampai mati.

Sampai sekarang, sepupunya itu masih takut kalau lihat Aksa.

"Jangan nangis!" Aksa berbisik pelan tapi dengan suara berat, mengusap-usap punggung Sasa berharap menghentikan tangisnya.

"Laper tau gak?! Perut aku sakit, sekarang pusing juga!" Seru Sasa marah.

"Iya-iya maaf deh, nanti kita belanja biar ada makanan." Ujar Aksa sok lembut, padahal mah males banget ngomong begini, untung istri, kalo bukan pengen Aksa gelindingin aja nih orang. Nyusahin banget pake segala minta gendong.

"Halah! Emangnya aja pelit!" semprot Sasa kesal.

"Bawel lo! Gua turunin ya?!" omel Aksa, melepas tangannya, berniat menurukan Sasa dari gendongannya.

Sasa yang paham Aksa akan menjatuhkannya, langsung mengeratkan pelukannya, membelit pinggang Aksa dengan kedua kakinya, dan memeluk leher Aksa kencang.

Jadilah Sasa nemplok di badan Aksa walaupun Aksa tidak menyanggah tubuh Sasa.

Aksa yang melihat tingkah Sasa malah tertawa kencang, heran juga dia ada cewe yang suka banget minta gendong. Apalagi ini, sumpah ini malu-maluin banget diliatin orang karna tingkah mereka. Tapi Aksa gak berenti buat tertawa, sampai bahunya digigit kencang oleh orang yang ada di gendongannya.

SAKSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang