"Kerumah Mama dulu." Rengek Sasa
"Enggak!" Aksa menggeram kesal, padahal baru saja mereka masuk mobil hasil dari pinjam ke tetangga, tapi istrinya malah merengek minta ke rumah orang tuanya.
"Aksa!" Teriak Sasa menangis sambil menahan sakit.
Bukan tanpa alasan dia meminta kerumah orangtuanya terlebih dahulu sebelum kerumah sakit. Sungguh, Sasa tidak yakin Aksa bisa merawatnya dengan benar, setelah apa yang barusan Aksa lakukan terhadap tubuhnya yang lemah. Sasa takut nanti setelah sampai dirumah sakit bukannya dibawa ke ruang perawatan Aksa malah membantu ke kamar mayat.
"Buat apa, hah?! Emangnya Emak lu dokter? Bukannya diperiksa yang ada digiling di mesin loundry!" Seru Aksa emosi menatap Sasa tajam.
Orangtua Sasa bukan seorang dokter. Ingat? Papah nya PNS dan Mama nya pebisnis loundry, mereka bukan Ahli dalam perawatan pasien. Lalu untuk apa kesana kalau kerumah sakit lebih penting.
Mendengar gertakan Aksa, Sasa makin menangis terisak, apalagi ditatap tajam seperti itu. Gertakan Aksa benar-benar membuat nyalinya ciut.
Aksa menghembuskan nafasnya kasar, bukan waktunya untuk melanjutkan pertengkaran, melihat Sasa kesakitan jelas bukan pemandangan yang enak, apalagi pusat sakitnya ada diperut, yang sudah jelas Aksa tahu bahwa disitu ada calon anaknya.
Aksa beringsut mendekat pada kursi disebelahnya dimana Sasa berada.
"Udah ya gak usah nangis, kan bisa ditelfon, nanti ketemu disana aja." Ucap Aksa melembut, meraih tangan Sasa untuk digenggamnya agar berhenti menangis, mengusap lembut tangan itu dengan ibu jarinya.
Sasa mengangguk lemah, tidak menolak genggamana Aksa, sudah terlanjur takut dengan laki-laki itu.
"Oke, kita berangkat sekarang, jangan lupa pegangan yang erat." Perintah Aksa, mulai menyalakan mesin mobilnya dengan satu tangan.
"AKSA, GILA KAMU YA! PELAN-PELAN!" Pekik Sasa mengeratkan genggamannya pada tangan Aksa dengan satu tangannya lagi memegang sabuk pengaman, memejamkan matanya erat, takut karna kecepatan mobil yang dikendarai Aksa benar-benar melaju sangat kencang.
Aksa gila! Ya, dia beneran sudah gila! Dia membawa orang sakit dengan kecepatan tinggi. Walau entah dari mana Aksa dapat mobil itu.
Bahkan rasa sakitnya hilang entah kemana, gak bisa lagi Sasa rasakan kecuali rasa takut karna tingkah gila Aksa mengendarai mobil. Sasa gak yakin Aksa sungguhan bisa bawa mobil.
Aksa menyeringai geli. "Tenang-tenang! Lo aman sama gua, percaya aja." Aksa menenangkan Sasa dengan santainya meski laju mobil masih sangat kencang.
Beruntung ini tengah malam dan hampir subuh, jadi jalanan masih sangat sepi, Aksa bisa cepat membawa Sasa kerumah sakit, sekaligus menguji coba kemampuannya dalam berkendara.
Sambil terus mengelus tangan Sasa dalam genggamannya, bisa sangat Aksa rasakan tangan itu bergetar kencang bahkan Sasa meremasnya tangannya kuat, meski begitu Aksa tidak mempermasalakan remasan ditangannya. Yang terpenting Sasa bisa cepat ditangani, Aksa mau cepat mendengar keadaan mereka sudah baik-baik saja.
***
Diruang perawatan, ada Aksa yang sedang mendengarkan dengan serius ucapan dokter yang baru saja menangani Sasa. Sasa sudah membaik, dia tidak lagi menahan kesakitan diperutnya, dahinya pun sudah diobati. Luka berkat kebodohan Aksa.
"Jadi, gimana dok?" Tanya Aksa pada dokter dihadapannya.
Sang dokter menatap Aksa bingung, mereka masih sangat kecil untuk mengalami ini. Remaja wanita dibrangkar yang sedang hamil, dan remaja laki-laki yang menemaninya pun masih sangat muda, belum lagi pakaian yang remaja lelaki itu kenalan, kaos polos dan celana abu-abu sekolah, saat ini tengah malam bahkan hampir menjelang subuh, apa dia baru pulang sekolah? Atau mereka kabur dari rumah sepulang sekolah? Ahh sudahlah, tugas dia bukan untuk memikirkan itu, cukup memeriksanya, dan selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKSA (END)
Teen FictionIbarat cerita lama belum kelar, Cerita yang sudah lama hiatus ini akhirnya kembali. I deleted the synopsis, Langsung aja mampir dan baca. Semoga suka dan bisa menghibur. Grazie mille. Pernah Highest rank #1 in fiksiremaja #...