SA 21

30.4K 1.6K 39
                                    

"Makan dulu yuk, laper nih." Rengek Aksa pada Sasa yang terus berjalan dengan senangnya, padahal ini sudah sampai sore tapi dari tadi Sasa seperti tidak merasa capek. Berjalan keliling monas sedari tadi tanpa beristirahat.

"Bentar lagi, bawel banget sih!" Sasa terus berjalan kearea yang belum dia datangi.

Monas adalah destinasi favorite Sasa di Jakarta, dia suka keramaian. Sasa merasa damai ditengah banyaknya orang.

"Udah sore, Sasa." Kata Aksa memelas, dari tadi jalan gak ada habis-habisnya, diajak istirahat gak mau, diajak makan dulu juga gak mau.

"Kesana dulu abis itu udah." Sasa menunjuk kearah beberapa pohon.

"Ck, cuman pohon kelapa doang itu." Decak Aksa, bingung dengan kelakuan Sasa.

"Gapapa lah, fotoin aku, cepet." Sasa menyerahkan ponselnya pada Aksa untuk memotretnya.

Aksa hanya menurut sedari tadi, dia memang hanya dijadikan tukang foto, bahkan Sasa tidak mengajaknya untuk foto bersama.

"Udah nih!" Ketus Aksa, menyerahkan kembali ponsel kepada pemiliknya dengan sebal.

"Awas aja kalo hasil fotonya jelek." Ancam Sasa, Aksa tuh memang tidak berbakat menjadi photograper, dari tadi tidak ada satupun foto yang menurut Sasa bagus. Ada yang burem lah, gelap, kejauhan, bahkan Sasa sampai terlihat seperti sumo. Makanya dari tadi terasa kurang puas berfoto, karna hasilnya sama sekali gak estetik.

"Emang orangnya yang jelek." Cibir Aksa

"Enak aja!" Sasa menggeplak bahu Aksa kencang.

"Makan dulu yuk." Kata Aksa menggapai tangan Sasa membawanya kerumah makan terdekat. Kalo gak diseret kayanya gak bakal kelar-kelar nyari spot untuk berfoto.

"Makan disitu aja." Sasa menunjuk rumah makan bergaya jepang di sebrang jalan.

"Gak liat rame kaya gitu? Makan disini aja biar cepet." Mereka memasuki rumah makan padang.

Sasa berdecak, dirumah makan sebrang sana memang sangat ramai membuat Sasa penasaran dengan menunya. Tapi Aksa malah menariknya kerumah makan padang, memang sih Sasa juga sudah sangat lapar makanya tidak berontak saat Aksa menariknya paksa.

"Mau nambah lagi gak?" Tawar Aksa pada Sasa, mereka sudah selesai makan dengan cepat. Sasa yang memerintah agar makannya tidak usah lama-lama, tapi justru Sasa yang makannya lama, dia mau lanjut keliling monas lagi katanya, padahal ini sudah sore.

"Enggak, tapi entar beli tahu bulat disebelah ya." Sasa sudah kenyang, tapi kalau buat nyemil masih buatlah diperutnya.

Aksa mengangguk, "yaudah cuci tangan cepet."

Sasa langsung membersihkan tangannya di wastafel, setelah selesai dia menarik tangan Aksa menuju outlet sebelah yang menjual tahu bulat.

"Mau kemana lagi?" Tanya Aksa membawa Sasa pergi setelah membeli tahu bulat.

"Duduk dibawah monas ya." Jawab Sasa sambil mengunyah tahu ditangannya

"Tapi," lanjut Sasa menggantung, melirik Aksa dengan menampilkan cengirannya.

"Tapi?"

"Tapi gendong." Cengir Sasa mengangkat kedua tangannya tanda siap untuk naik kegendongan.

"Ogah! Ngesot aja sono sekalian." Tolak Aksa mentah-mentah, berjalan meninggalkan Sasa dibelakangnya. Aksa juga capek tapi dia tidak minta gendong tuh, padahal tadi yang semangat banget Sasa, sekarang malah dia minta gendong. Enak saja Aksa dijadikan budak, memangnya dia kuda minta gendong mulu.

"Aksa!" Panggil Sasa berteriak pada Aksa yang berjalan menjauhinya.

Laki-laki itu bahkan tidak memberhentikan langkahnya, terus berjalan menjauhi tanpa merespon panggilannya.

SAKSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang