SA 10

44K 2K 67
                                    


"Aksa! Bangun!" Teriak Sasa memukul-mukul Aksa menggunakan bantal guling.

Hari ini adalah hari dimana mereka sama-sama masuk sekolah setelah bolos satu minggu lamanya. Dengan alasan sakit tentunya, gak mungkin mereka berkata jujur, bisa-bisa langsung dikeluarkan dari sekolah.

"Rese lu! Bangunin orang udah kaya ada gempa!" Omel Aksa yang merasa cara Sasa membangunkannya sangat mengganggu.

"Ya abisnya, dari tadi dibangunin gak bangun-bangun. Kebo dasar!" Gerutu Sasa.

"Minggir lo, ah!" Sentak Aksa melempar selimut yang tadi membelit tubuhnya, turun dari ranjang dengan menggeser tubuh Sasa yang menghalangi jalan menuju kamar mandi.

Sasa mendengus, sudah dibangunin dari tadi gak bangun-bangun, giliran banguninnya pake tenaga malah kena omelan. Emang dasarnya aja Aksa yang kebo. Besok-besok siram air aja.

Setelah sama-sama rapi dengan seragam khas sekolahnya masing-masing.

Sasa mondar-mandir mencari sesuatu yang bisa dimakan untuk sarapan hari ini.

"Gak ada yang bisa dimakan, gimana dong?" Kata Sasa memelas menghampiri Aksa yang tengah menalikan sepatunya.

"Emang gak ada, sarapan disekolah aja."  Jawab Aksa santai.

"Mana sempet." Lirih Sasa melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Sudah tidak akan sempat, jarak ke sekolah saja lumayan memakan waktu.

"Bawel!" Aksa meraih tasnya yang ada disofa, lalu menyampirkannya dibahu kiri,  berjalan menuju nakas samping tv untuk mengambil kunci motornya. Bergegas keluar apartemen tanpa memperdulikan Sasa.

Sasa yang ditinggal buru-buru mengejar Aksa, suaminya itu benar-benar tega. Istrinya gak dikasih makan, sekarang malah ninggalin.

Sampai parkiran, Aksa menaiki motornya dan memakai helm fullfacenya. Sasa yang belum diberi aba-aba untuk naik, sudah naik duluan dan berpegangan pada besi yang berada disampingnya.

Aksa yang menyadari Sasa menaiki motor, membuka helmnya kembali dan menoleh kebelakang untuk melihat Sasa.

"Ngapain?" Tanya Aksa datar.

"Ya naiklah!" Bingung Sasa, untuk apa Aksa pake nanya segala. Jelas-jelas mereka memang akan berangkat sekolah.

"Turun!" Tukas Aksa

"Hah?" Sasa mengernyitkan dahinya bingung.

"Gak ada yang ngajak lo bareng, turun! Lo naek angkot." Titah Aksa tegas, menyorot tepat dimata Sasa.

Sasa menciut, tatapan Aksa benar-benar bikin dia takut.

"Iya," cicit Sasa turun dari motor, menuruti perintah Aksa yang tidak mau mengajaknya berangkat sekolah bareng.

Kembali menggunakan helmnya, sebelum menarik gas motor, Aksa merasakan bajunya ditarik, lekas menoleh pada Sasa yang menarik-narik ujung jaket yang  dikenakan.

"Apa?" Tanya Aksa malas.

Sasa menyodorkan tangannya, tanda meminta ongkos. Jelas saja, Sasa sama sekali gak pegang duit.

"Ck!" Decak Aksa merogoh sakunya merogoh uang dan mengangsurkan pada tangan yang sudah Sasa sodorkan.

Mata Sasa melotot melihat satu lembar uang yang sudah ada ditelapk tangannya.

"Kok cuma sepuluh ribu?!" Seru Sasa tak terima. Memangnya dia anak SD apa, orang tuanya saja memberi ongkos dua kali lipat dari ini. Berangkat sekolahpun diantar, tidak naik angkot.

Aksa memutar bola matanya malas, dia merogoh sakunya lagi, kali ini saku celananya. Ada bunyi koin yang beradu saat Aksa merogohnya.

"Nih!" Diangsurkannya koin yang kebetulan dia temukan disaku celana, empat buah uang logam lima ratusan.

SAKSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang